"Big No" untuk Air Asia

Bulan Desember yang lalu, tepatnya tanggal 7 Desember 2010, saya memesan dan membayar lunas tiket Air Asia Jakarta- Christ Church (New Zealand) beserta booking hotel dan paket tour (hotel dan Snow & Kiwi Tour serta Hop on hop off Tram Tour) untuk keberangkatan bulan April 2011.

Hal ini saya lakukan karena New Zealand merupakan salah satu negara yang belum pernah saya kunjungi dan setelah pensiun dari PNS bulan November 2010 saya merasa uang pesangon pensiun dapat saya gunakan untuk melihat negara tersebut. Segala sesuatunya berjalan lancar, tiket pp Air Asia maupun paket tour telah dibayarkan penuh kepada air Asia melalui kartu kredit, namun malapetaka terjadi, di bulan Februari 2011 terjadi gempa di Christ Church demikian juga pada awal Maret 2011.

Saya berharap bahwa saya tetap dapat mengurus visa untuk keberangkatan bulan April, namun pada waktu menelpon Bagian Visa Kedutaan New Zealand tanggal 4 Maret 2011 saya dinasehati oleh wanita penerima telpon agar tidak berangkat ke new Zealand karena kota Christ Church rusak berat akibat gempa.

Ibu tersebut juga menyampaikan bahwa sulit untuk mendapatkan persetujuan penerbitan visa, mengingat izin langsung harus dipeoleh dari New Zealand dan Pemerintahan kota Christ Church yang saat itu tertutup bagi pendatang untuk waktu yang belum dapat ditentukan berapa lama.

Ternyata, korban menelan ratusan korban jiwa dan sebagian kota luluh lantak. Saya langsung merubah tyiket keberangkatan menjadi bulan September 2011, namun denda penundaan keberangkatan luar biasa besar, hampir mencapai Rp 4 juta, padahal semula harga tiket hanya sekitar Rp 6 juta. Saya menelpon Air Asia untuk merubah tanggal booking hotel.

Email pertama awal Maret 2011, sama sekali tidak digubris. Email kedua tanggal 18 Maret 2011 baru mendapat jawaban dari Air Asia Jakarta pada tanggal 22 dan 28 Maret bahwa usulan perubahan akan disampaikan ke kantor pusat Kuala Lumpur dan konfirmasi perubahan akan disampaikan sesegera mungkin.

Sampai saat ini, dua bulan telah berlalu, tidak ada secuil juga surat balasan terhadap email-email pertanyaan saya, baik dari Air Asia Jakarta apalagi Air Asia Kuala Lumpur untuk masalah yang demikian mudah. Saya curiga dengan akal bulus Air Asia, bahwa kalau saya membatalkan tiket, maka biaya hotel dan paket tour yang hampir Rp 4 juta akan hilang musnah, sedangkan biaya tiket pesawat yang lebih dari Rp 11 juta, sebagian juga akan musnah.

Saya telah diperingatkan oleh teman-teman Malaysia saya, untuk jangan pernah memakai Air Asia. Mereka menyebut Air Asia sebagai “Shark airline” yang akan memangsa siapa saja yang dapat dimangsa. Ini adalah kali pertama saya akan menggunakan Air Asia untuk perjalanan internasional saya, tapi terus terang saya jera sebelum berangkat! Benar-benar Big No untuk air Asia.

Saya tidak tahu sampai kapan mereka akan menanggapi email saya. Buat pensiunan seperti saya, hal ini merupakaan cobaan yang berat.

Neneng Rasmiwati Tarigan
Jl. KS Tubun III Gg O no 24 RT007/RW007
Jakarta Barat