Tidak Ada Solusi, Masalah Tagihan Telepon Yang Nyasar ke Account Orang Lain

Seharusnya ini adalah masalah yang sangat sepele. Ini berawal dari kesalahan dalam set up pembayaran tagihan Telkom melalui billpay HSBC yang ternyata berakhir di account orang lain. Mungkin saya jelaskan dulu kronologi dan seberapa besar usaha yang telah saya lakukan:

1. Pada awal November 2014 saya melakukan set up pembayaran tagihan Telkom melalui direct Billing HSBC.

2. Pada tgl 14 November setelah adanya debet dari HSBC saya menyadari jika ada kekeliruan jumlah yg seharusnya di-debet sebesar Rp. 38.647, yang ternyata jumlah yg terbayar sebesar Rp. 3.004.008 atas nama Kenny Rogers Restaurant (PT. Boga Lestari Sentosa) dengan nomor telepon 021 2946 5187, dimana perbedaan 1 angka dengan nomor telepon saya. Lalu saya melakukan complain ke pihak HSBC yang ternyata tidak dapat membantu dan saya diharuskan untuk lapor ke pihak Telkom.

3. Pada hari yang sama saya telepon ke Telkom dan diminta untuk kirim email menjelaskan kejadian nya ke cs@telkom, dan diminta untuk lapor ke Plasa Telkom terdekat.

4. Pada tanggal 9 Desember saya datang ke Plasa Telkom Jatinegara untuk melaporkan kejadian kekeliruan pembayaran namun saya ditolak dengan alasan mereka tidak dapat membantu dan saya disuruh untuk mengklarifikasi sendiri dengan pihak Kenny Rogers Restaurant atau mengubungi pihak Corporate dikarenakan nomor telepon kami terdaftar atas nama PT. Elite Prima Hutama.

5. Pada tgl yg sama saya langsung telepon lagi ke nomor Corporate Telkom 08001835566 dan melaporkan hal yang sama namun menurut pihak Corporate Telkom hal ini seharusnya dapat diselesaikan oleh pihak Plasa Telkom. Lalu saya di berikan alamat email Bapak Yanto dan diminta untuk menjelaskan kembali kronologi terjadinyanya kesalahan pembayaran dan berharap Bapak dapat membantu untuk mengklarifikasi permasalahan saya ini. Saya sudah mengirimkan email kedua kali ke Bapak Yanto dan tanpa balasan sampai hari ini.

6. Karena tidak mendapatkan respons sama sekali, kita mencoba menghubungi pihak Kenny Rogers Restaurant sendiri dan sempat dilakukan cek dengan bagian Finance tetapi tidak mendapatkan bantuan semestinya dengan alasan tidak bisa dicek keberadaan pembayaran Telkom.

7. Kemudian saya juga kembali menelepon Telkom beberapa kali antara tanggal 11 sampai 19 Desember dan mendapatkan advis dari pihak Telkom untuk mendatangi Plasa Telkom dan meminta bantuan. Kemudian pada tanggal 20 Desember, saya kembali mendatangi Plasa Telkom S. Parman dan pihak CS tidak bisa membantu dan kembali meminta untuk mengklarifikasi sendiri dengan pihak Kenny Rogers Restaurant.

8. Pada tanggal 22 December, saya mencoba menghubungi PT. Elite Hutama Prima selaku building management Kota Kasablanka dimana saya adalah pemilik apartemen dan Kenny Rogers adalah salah satu tenant untuk menyelesaikan masalah. Sekali lagi saya dikasih tahu bahwa mereka tidak tahu apa2 mengenai tagihan Telkom.

Ternyata Telkom, perusahaan BUMN telekomunikasi terbesar di Indonesia, HSBC, bank asing terkemuka di dunia, KENNY ROGERS, pembawa franchise restoran terkenal dari USA, kemudian Elite Hutama Prima, pengelola Kota Kasablanka, salah satu mal terbesar di Jakarta, ternyata mempunyai sumber daya manusia yang sama sekali tidak mampu menyelesaikan masalah saya yang sangat sepele atau sekedar membantu memberikan informasi yang benar.

Solusi diatas kertas harusnya sangat mudah. Telkom cuma perlu mendebet account saya sebesar Rp. 3.004.008 dan mengecek apakah pembayar yang sebenarnya, dalam hal ini Kenny Rogers, telah melakukan pembayaran. Kenny Rogers harusnya bisa mengecek apakah pihak accounting mereka telah melakukan pembayaran atau belum.

Saya sama sekali tidak mengerti pembayaran yang dobel ini akan dibukukan sebagai apa di pihak Telkom atau Kenny Rogers. HSBC hampir setiap hari membiarkan orang sales mereka mengganggu customer dengan program pengalihan balance credit card, tapi sama sekali tidak bisa membantu masalah sekecil ini.

Dalam hal ini saya ingin mempertanyakan kenapa susah sekali menyelesaikan masalah yang sepele ini, karena ketidakmampuan SDM yang bekerja di perusahaan2 ini atau ketidakmampuan sistem pembukuan di perusahaan-perusahaan publik ini atau hanya tidak peduli dengan customer. Seandainya SDM kita tangguh, pembukuan canggih, dan service oriented attitude, Indonesia pasti lebih maju dan baik.