Bank Mandiri
Home > Finansial > Perbankan & Kredit > Pemegang Kartu Kredit Mandiri Seperti Pesakitan

Pemegang Kartu Kredit Mandiri Seperti Pesakitan


1048 dilihat

Ini adalah lanjutan Surat Pembaca saya yang pernah dimuat Kompas pada tanggal 14 September 2014 (http://inside.kompas.com/suratpembaca/read/45207) tentang pembobolan kartu kredit Mandiri yang saya pegang. Pada akhir Agustus 2014 kartu kredit Mandiri saya dibobol orang untuk pembelanjaan on line di luar negeri sebesar hampir 6 juta rupiah. Inti keluhan saya saat itu adalah apakah penggunaan kartu kredit Mandiri cukup aman, mengapa saya harus membayar dulu tagihan sebesar itu agar tidak terkena bunga, yang berart sayai sudah jatuh tertimpa tangga.

Setelah surat saya tersebut dimuat, ada tanggapan positif dari Bank Mandiri, baik tertulis maupun telepon. Salah satu jawaban yang saya terima adalah selama masa investigasi (6 bulan) maka tagihan saya yang hampir 6 juta tidak akan ditagihkan dalam minimum pembayaran. Setelah hampir 4 bulan investigasi, saya dihubungi Bank Mandiri untuk konfirmasi beberapa pembelanjaan apakah saya kenal dengan pemakai kartu saya yang belanja on line, saya pastikan saya tidak mengenal meeka, sehingga infonya beberapa tagihan bisa dipastikan dihapus.

Namun investigasi belum tuntas. Namun ada hal lain yang sangat merisaukan, yaitu sistem pembayaran kartu Mandiri dan penagihannya. Kebetulan istri saya memakai kartu (tambahan) untuk belanja sekitar 2 juta. Karena ada tagihan sebesar itu, saya bayar langsung ke nomor kartu istri saya sebesar tagihan.

Namun pembayaran tersebut, secara sistem tidak masuk sepenuhnya ke kartu istri saya, hanya minimum pembayaran saja yang masuk, sisanya ke kartu utama, yang saya pegang. Dengan demikian saya tidak akan pernah bisa melunasi tagihan kartu kredit istri saya, sebelum saya melunasi tagihan kartu Utama. Padahal dalam kasus ini kartu Utama saya murni dibobol (dirampok) orang lain.

Artinya saya harus "mensubsidi" Bank Mandiri atas pembobolan kartu kredit saya. Karena tagihan istri saya statusnya belum lunas, dan tidak akan pernah bisa lunas sebelum saya lunasi pembayaran kartu Utama, beberapa kali Bank Mandiri telepon istri saya untuk segera melunasi. Ketika saya yang menerima telepon tersebut, saya jelaskan panjang lebar duduk permasalahannya, petugas berjanji mencatat penjelasan saya untuk jadi perhatian.

Namun rupanya "catatan" tersebut tidak ada gunanya, telepon masih sering terdengar. Terakhir saya terima telepon dari petugas pria yang bersikap kasar, seolah-olah kami ini "pesakitan" yang menunggak hutang dan harus ditagih oleh Debt Collector. Betul-betul membuat kami tersinggung. Sehubungan dengan kejadian tersebut, sekiranya Bank Mandiri berniat menutup, dan memblokir kartu kami, silakan dilakukan secepatnya, mungkin itu lebih baik.

Perlu diingat bahwa saya tidak punya hutang sama sekali pada kartu kredit Mandiri, tagihan atas nama istri saya telah saya lunasi, sisa tagihan yang ada adalah tagihan atas kartu Utama saya yang dibobol orang lain karena Bank Mandiri tidak mampu melindungi kliennya. Selayaknya Bank Mandiri meminta maaf atas ketidakmampuannya melindungi nasabah, bukan malah menimbulkan ketidaknyamanan baru.



Source : kompas


Baca Juga





SuratPembaca

Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia

Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.

Kirimkan Masukan

[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00

Sosial