Jera Terbang dengan Thai Airways

Slogan Thai Airways International PCL’s rise from regional airline to a world-recognized company with global links is a tribute to the fat-sighted vision of our founders, rupanya tidak sejalan dengan apa yang saya alami ketika menggunakan Thai Airways International justru di bandara Svarnabhumi Bangkok. Pada hari Sabtu, 11 Desember 2010, +/- pukul 6.30 pagi saya tiba di bandara Svarnabhumi, untuk check-in penerbangan kembali Ke Jakarta dengan Thai Airways (TG 433). Pagi itu ada dua blok untuk penerbangan internasional yaitu blok H dan blok J. Saya memilih blok J, setelah antri, tiba giliran saya untuk check-in di konter J-6. Ketika Paspor dan online-ticket saya serahkan ke petugas, tidak lama kemudian saya diminta menunjukkan boarding pass? Saya jelaskan saya belum check-in, tentu saja belum terima boarding pass (BP). Petugas tersebut tidak percaya kalau saya belum check-in, karena menurut dia saya sudah check-in dan data yang ada dalam data mereka sama dengan identitas saya. Benar-benar tidak bisa dipercaya kalau ada paspor ganda, karena di Indonesia paspor sudah ditangani secara on-line oleh Imigrasi, sehingga tidak mungkin ada paspor ganda, pasti kesalahan ada pada sistim administrasi mereka. Akhirnya karena pada konter J-6 tidak bisa menyelesaikan permasalahan ini, saya dirujuk ke Konter H-9. Nah disinilah saya berdebat keras dengan petugas ini, karena disebutkan bahwa lima menit sebelumnya saya (dengan nama yang sama dan nomor paspor yang sama) sudah check-in. Saya pastikan bahwa hal ini tidak mungkin dan tidak akan terjadi, pasti mereka tidak menjalankan sistim dan prosedur (SISDUR) check-in secara benar, eh … alih-alih mohon maaf, petugas ini malah marah dengan saya dan menanyakan kapan datang ke Bangkok dan seterusnya dst, dengan cara yang arogan. Akhirnya saya sadari tidak ada gunanya berdebat dengan petugas bodoh ini. Untuk memastikan saya adalah “Budi asli” dan bukan “Budi  lain” saya keluarkan segala identitas saya yang ada, kartu bisnis, kartu kredit dan KTP. Waktu terus berjalan, dan ternyata petugas konter H-9 pemarah ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan saya, akhirnya saya dibawa ke konter lain (mungkin atasan dia) dan disitu saya jelaskan bahwa nama budi banyak digunakan di Indonesia, dan saya yakin petugas check-in telah berbuat kesalahan. Dengan system ticketing dan check-in online, seharusnya hal ini memudahkan petugas check in, namun dituntut kecermatan lebih dari petugas check-in untuk cross check data phisik pada saat penumpang check in, karena semua data calon penumpang Thai Airways pasti ada dalam data base mereka. Saya yakin hal tersebut tidak dilakukan cermat sehingga ketika calon penumpang check-in, dengan nama “Budi lain”, petugas tersebut tidak secara seksama cross check dengan data base, dan memasukkan “Budi lain” dalam daftar atas nama saya. Belum pernah saya mengalami hal ini, benar-benar penglaman buruk dengan sistim check-in Thai Airways. Ternyata dalam penerbangan Thai Airways TG 433 dari Bangkok tujuan Jakarta ada empat nama “Budi”, dan terima kasih ya Allah, ternyata diketahui bahwa penumpang dengan nama “Budi Aditya Taufiq” (nama dan nomor paspor pasti berbeda dengan saya) telah diregister atas nama saya “Budi Satyasa Wibowo”. Kasus selesai pukul 7.40 waktu Bangkok dan jelas kesalahan ada pada pihak petugas konter check-in Thai Airways yang secara “serampangan” memasukan data saya ke penumpang lain yang ternyata adalah penumpang rombongan sementara saya penumpang perorangan. Bukan kebesaran hati yang mereka tunjukkan atas terjadinya kesalahan dalam penerapan Sisdur check-in, tapi keangkuhan yang mereka tunjukan, tidak ada satu kata maafpun keluar dari mulut mereka. Apakah permintaan maaf adalah sesuatu yang pantang diucapkan oleh petugas check-in Thai Airways?

Budi Satyasa Wibowo
Taman Kebalen Indah Blok L4 No 40
Bekasi 17613