Kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan, saya alami hari Rabu kemarin, 20 Agustus 2008. Saya pulang kantor seperti biasa, sekitar jam 17.30 melintas di jalan Arteri Permata Hijau dari arah Arteri Pondok Indah menuju ke Pos Pengumben yang ramai lancar seperti biasa.
Setelah melewati perempatan Permata Hijau, saya mengambil jalur paling kiri seperti biasa, toh motor-motor memang selalu melewati jalur ini. Setelah melewati Belezza, tepat di depan saya adalah motor Honda Supra Fit warna hitam dengan console box hitam dibelakangnya. Jalan memang ramai dan terkadang harus berhenti.
Pada saat berhenti agak lama (karena lampu merah di perempatan Rumah Sakit Medika Permata Hijau) motor di depan saya ini tidak mau sabar ikut berhenti barang sejenak dan langsung naik ke trotoar. Sungguh kelakuan yang sangat low educated.
Setelah beberapa saat, pengendara sudah bisa berjalan kembali motor ini masih asyik menyusuri trotoar, mungkin pikirnya kepalang tanggung. Sayapun ikut arus kendaraan di depan dengan tetap berada di jalur paling kiri. Tetapi alangkah terkejutnya saya tiba-tiba motor yang tadi berada di trotoar langsung turun kembali ke jalan raya tanpa memberikan tanda dan pas berada di sebelah kiri saya. Secara reflek saya membelokkan motor kearah kanan dan berusaha kembali ke jalur paling kiri. Dari sini saya menyimpulkan pengendara tersebut merasa saya potong dengan sengaja. Padahal itu hanya gerakan reflek saya sebagai pengendara untuk menghindari tabrakan.
Saya kira kejadian ini berakhir disini, ternyata tidak. Beberapa saat setelah itu, karena di samping kanan saya agak kosong pengendara tersebut terlihat mengebut (saya lihat dari spion) dan tiba-tiba sudah berada di samping kanan saya dan berusaha memotong saya. Tapi kali ini usahanya gagal karena motor saya berusaha masuk terlebih dahulu sedangkan ia tertutup oleh mobil di sebelah kanan yang berhenti karena antri di lampu merah.
Setelah saya tahu ia mencoba memotong, saya akhirnya mengerem mendadak, dan harus dibayar dengan terserempetnya lengan kiri orang yang dibonceng. Setir saya juga sempat menyerempet console boxnya. Melihat ia berhenti dan tidak bisa bergerak saya meneruskan berkendara saya dan ikut antri di lampu merah. Saya sempat berpikir kejadian ini sudah selesai dan ternyata pikiran saya salah. Yang bersangkutan ternyata berhenti di belakang saya dan memepetkan ban depan motornya ke spareboard belakang motor saya. Dan selama lampu lalu lintas menyala merah ada lebih dari 3 kali mendorong-dorong spareboard belakang motor saya.
Setelah ketiga kali saya sempat menengok ke belakang buat mengajak bicara maksud ia apa, tetapi ia malah buang muka dan senyum-senyum. Saya hanya bisa istighfar melihat kelakuannya. Setelah lampu menyala hijau, saya lanjutkan berkendara. Ketika mendekati perempatan Pos Pengumben saya melihatnya di spion sedang mendekat dan saya putuskan mengalah. Setelah dia lewat nampaknya ia berusaha mengulangi perbuatannya lagi dengan berhenti ditengah-tengah.
Melihat ia berhenti saya lanjutkan berkendara tanpa menoleh sedikitpun kepadanya. Lalu ia melewati saya dari sebelah kanan, kemudian berhenti dan sepertinya senyum-senyum atau tertawa sambil melihat di spion mengarah kepada saya. Ternyata saya berurusan dengan orang gila.
Tetapi saat itu ternyata, Tuhan menunjukkan sesuatu pada saya yaitu saya dapat membaca jelas tulisan pada stiker yang tertempel di spareboard belakang motornya. Tertulis Jakarta Hotelier Bikers Community dengan nomor identitas anggota 318. Yang saya tahu, Jakarta Hotelier Bikers Community (JHBC) adalah komunitas pengendara motor yang cukup terkenal di Jakarta, dibandingkan dengan komunitas motor yang saya ikuti.
Tetapi ternyata pengetahuan anggotanya tentang safety riding atau keselamatan berkendara di jalan raya ternyata sangat minim bahkan saya katakan tidak ada. Mengapa? Berikut alasannya:
4. Orang yang dibonceng adalah perempuan dengan menggunakan baju biasa, tanpa jaket, dan kalau saya tidak salah ingat, yang dibonceng hanya menggunakan helm cetok. Sedangkan pengendara sendiri menggunakan perlengkapan berkendara lengkap dengan helm full face. Apakah disini arti safety riding: saya safe, yang dibonceng dan pengguna jalan lain tidak?
Sungguh hal-hal diatas menyatakan yang bersangkutan low educated. Seharusnya ia bergabung dengan sebuah komunitas, hendaknya menerapkan aturan-aturan yang ada dan menjaga nama baik komunitas tersebut. Tidak seperti kejadian yang saya alami diatas. Yang saya tahu, JHBC pun turut serta dalam forum/ mailing list For Safety Riding Jakarta. Tetapi masa ada seorang anggotanya yang berkelakuan seperti itu. Mohon JHBC menindak anggota tersebut. Ciri-ciri pengendara tersebut yang sempat saya ingat:
Catt: Low educated disini adalah bukan berpendidikan rendah secara formal tetapi pengetahuan yang minim bahkan nol tentang tata tertib lalu lintas dan keselamatan di jalan raya.
Apriyanto Wahyu Handoko
Komplek DEPLU No. 62 RT. 002 RW. 001
Tangerang
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial