RSUD Sayang Cianjur
Home > Pendidikan & Pelayanan Kesehatan > Pelayanan Kesehatan > PELAYANAN BURUK RSUD SAYANG CIANJUR

PELAYANAN BURUK RSUD SAYANG CIANJUR


1704 dilihat

Selamat siang semuanya. Saya ingin menceritakan bagaimana pelayanan buruk yang saya dan keluarga saya alami dari RSUD Sayang Kabupaten Cianjur. Kejadiannya bermula saat Abang saya (IS) masuk ke UGD pada malam Rabu tanggal 11 Januari 2017. Abang saya berdomisili di Jakarta dan sedang ada urusan di Cianjur. Keluhan Abang saya meliputi pusing, muntah darah, hingga mimisan.

Menurut saksi, kondisi Abang saya sudah sangat menyedihkan, mungkin kritis karena kehabisan banyak darah. Pada pukul 2 dini hari, kakak perempuan saya dari Jakarta tiba di RSUD Sayang. Namun apa yang ia lihat? Abang saya belum mendapatkan penanganan atas kondisinya (hanya dibersihkan bekas darah-darah di seluruh wajah dan tubuhnya). Sampai akhirnya Abangnya muntah darah untuk kesekian kalinya, barulah para perawat terlihat panik dan mengambil tindakan.

Abang saya diharuskan transfusi darah dengan diagnosa awal infeksi pencernaan. Abang saya harus dirawat inap, kami pun menyetujuinya demi kebaikan Abang saya. Kejadian yang tidak menyenangkan yang saya alami selama dua hari menjaga Abang saya, dimulai pada setiap jam satu pagi perawat jaga sudah tidak ada di mejanya. Kekesalan pertama muncul, saat saluran infus Abang saya macet dan tidak mengalir. Saya mencari perawat, namun mereka sudah menghilang.

Kemudian saya baru tahu jika mereka punya ruangan untuk tidur (tidur saat giliran jaga malam? Lalu apa gunanya mereka?). Kekesalan kedua muncul pada malam berikutnya, pukul dua dini hari sampai pukul tiga, saya memanggil-manggil perawat, mengetuk meja, mengetuk pintu, namun sang perawat belum bangun dari tidur pulasnya. Saya membangunkan perawat lantaran kantung darah transfusi untuk Abang saya sudah habis, dan sudah menghitam, mengental (saya pikir ini tidak baik jika didiamkan hingga sang perawat bangun pada pagi hari atau berapa jam lagi).

Saat saya tahu diagnosa lanjutan menyebutkan Abang saya menderita penyakit hati (Liver), pembengkakan limpa, pecahnya pembuluh darah esofagus. Abang saya otomatis masih membutuhkan perawatan rawat inap. Tapi kekesalan ketiga muncul saat malam Jumat, Abang saya ingin segera kembali ke Jakarta dan melanjutkan perawatan di Jakarta. Kami sudah memberitahu dokter, dan dokter pun sudah memperbolehkan.

Tapi saat hari Jumat tanggal 13 Januari 2017, perawat masih memberikan sekantong obat yang berisi tiga botol infus dan paracetamol (sementara stok yang dimeja masih ada dua botol infus). Saat kami mengatakan, besok akan pulang. Mereka hanya menjawab, "simpan dulu saja". Saya rasa aneh. Puncaknya saat kami sudah mengikuti anjuran dokter untuk pulang pada hari Sabtu karena Abang saya harus mendapatkan transfusi darah dua kantong lagi namun banyak hal aneh yang membuat saya geleng-geleng kepala.

Pada saat saya meminta tagihan, dan bisakah untuk mendapatkan report tagihan sebelum pembayaran? Mereka bilang tidak bisa, saat saya ingin mengembalikan tiga botol infus yang memang tidak digunakan. Jawaban perawat ruang Arben hany,a "tidak apa-apa, disimpan boleh, dibawa pulang boleh". Sementara infus tersebut memang dibebankan kepada pasien, lalu buat apa untuk dibawa pulang. Toh tidak bisa digunakan juga jika di rumah.

Saya tekankan pertanyaan ini dan akhirnya mereka baru berkata, "Iya tidak apa-apa ditaruh di meja saja, nanti dikurangi dari tagihan". Sebenarnya ini RSUD yang membantu masyarakat atau justru yang menjerat masyarakat jika kelakuan para perawatnya seperti itu? Ini rasanya memang membenarkan kalimat, "orang miskin dilarang sakit". Keluarga kami memang tidak mempunyai jaminan kesehatan seperti BPJS atau Asuransi, sehingga kami merasa seperti sengaja dipermainkan.

Untuk tiga hari perawatan (masuk Rabu dini hari keluar Sabtu pagi), kami harus membayar biaya diatas lima juta. Satu hal lagi yang membuat saya bingung, resep yang diberikan dokter ahli penyakit dalam sebelum kami pulang ke Jakarta berisi Sangobion, Sucralfate (beda merek dengan yang diberikan saat dirawat) dan obat lambung OMZ 20mg (saya menebusnya di apotek Kimia Farma Depok). Hal ini yang membuat cukup bingung, diagnosa lanjutan Liver namun obat rawat jalan (lambung).

Tolong untuk instansi terkait RSUD Sayang Cianjur, PEMDA Cianjur, dan khususnya pelayan kesehatan masyarakat agar lebih baik dalam bersikap, lebih menjunjung integritas, transparansi segala hal dan tentunya tidak menjadi "lintah" bagi masyarakat kelas bawah seperti kami. "Noda setitik, rusak susu sebelanga". Mohon dijadikan peringatan agar para perawat lebih baik dalam melayani pasien. Kami bukan raja tapi kami tidak suka kalian bersikap semena-mena.




Source : kompas


Baca Juga





SuratPembaca

Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia

Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.

Kirimkan Masukan

letstalk@suratpembaca.com
Senin - Jumat
09:00 - 17:00

Sosial

suratpembaca apps