Ketidakprofesionalan British Council Indonesia Dalam Melaksanakan Test IELTS

Saya pada tanggal 9 Mei 2015 mengikuti tes IELTS yang diselenggarakan oleh British Council Indonesia. Tes IELTS sendiri merupakan salah satu tes terfavorit di seluruh dunia, karena merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi jika ingin diterima di perguruan tinggi atau perusahaan tertentu. Alasan saya mengambil tes IELTS adalah untuk melanjutkan studi saya ke luar negeri.

Kekecewaan saya dimulai ketika adanya pengubahan venue test yang baru diinformasikan 3 hari sebelum ujian. Ketika saya mendaftar test di UniSadhu Guna, pihak mereka mengatakan bahwa ujian akan diselenggarakan di Hotel Cemara, yang secara lokasi sangat baik karena dapat dengan mudah dijangkau oleh kendaraan umum yang manusiawi untuk ukuran kota Jakarta seperti KRL atau Transjakarta.

Ternyata, pihak British Council mengubah venue tersebut 3 hari sebelum tes menjadi Diradja Hotel yang terletak di Tendean. Sontak saya kaget dan bingung karena tidak ada kendaraan umum yang lewat persis didepan area tendean. Selain itu, sedang ada pembangunan flyover yang membuat area tersebut menjadi macet total setiap harinya. Kekecewaan saya pun berlangsung ketika tes dilakukan.

Ketika lembar soal reading dibagikan, terjadi kesalahan teknis yang membuat para peserta terlantar selama satu jam lebih. Dalam kurun waktu satu jam tersebut, para peserta tes tidak diperbolehkan untuk meninggalkan area ujian termasuk untuk pergi ke toilet. Karena hal ini, saya menjadi stress dan konsentrasi saya berkurang.

Bayangkan saja bagaimana rasanya ketika ujian yang sudah anda bayar mahal-mahal dan dengan persiapan yang mumpuni menjadi malapetaka karena keteledoran pihak panitia yang bisa mengakibatkan buruknya hasil ujian. Ujian tertulis pun selesai telat satu jam dari waktu yang ditentukan. Karena gap yang sangat sedikit dengan ujian speaking, akhirnya saya tidak bisa makan walaupun perut sudah lapar sekali.

Saya sangat kecewa dengan institusi sebesar British Council yang seperti tidak bisa melihat dari sudut pandang seorang test-taker ketika hal seperti ini terjadi. Saya pun menulis surat komplain melalui email ke pihak British Council dan jawaban yang didapat pun sangat mengecewakan. Pihak British Council merasa bahwa semua itu adalah kesalahan dari saya pribadi, bukan dari mereka.

Saya pun meminta pertanggungjawaban dari British Council Indonesia jika hasil ujian yang saya dapatkan tidak sesuai dengan hasil yang saya harapkan. Biaya yang saya bayarkan sebesar Rp. 2,500,000 tidak sesuai dengan prasarana dan service yang diberikan.