Saya dan suami adalah pelanggan setia Carrefour DP Mall. Kami memilih membeli di Carrefour karena ada banyak isu mengenai keamanan pangan, kualitas makanan yang rendah, dan pemalsuan bahan makanan di luaran. Kami beranggapan bahwa membeli di Carrefour yang merupakan supermarket besar akan menjamin kualitas dan keamanan produk. Dalam hal ini makanan yang akan kami konsumsi.
Begitu percayanya kami dengan produk Carrefour, kami tidak merasa was-was dan langsung mengambil barang yang akan kami beli. Tetapi pada 29 April 2012, kami membeli telur di Carrefour dan mendapat telur basi. Dari jumlah tujuh biji (0,394gr) ada empat butir yang kami temukan basi. Salah satunya sudah terlanjur masuk di masakan mi instant Korea (kami beli juga di Carrefour) yang kami buat hari itu sepulang dari Carrefour, baunya bukan main.
Saking shocknya, saya dan suami langsung kembali ke Carrefour pada 29 April pukul 19.21 WIB dan ditemui oleh salah satu petugas wanita di customer service. Kami ceritakan keluhan kami dan juga kami tunjukan masakan yang sudah tercampur telur basi dan telur yang belum kami pakai.
Tanggapannya sungguh luar biasa. Petugas tersebut menanyakan struk belanja kami, lalu tanpa permintaan maaf dan penjelasan kenapa bisa terjadi hal seperti ini. Petugas tersebut dengan mudahnya mengatakan bahwa akan mengganti sebesar Rp5.250 untuk telur kami yang basi, seolah–olah hal ini adalah hal yang amat sangat remeh.
Kami kemudian meminta untuk bertemu dengan atasan yang lebih tinggi, yang kami ketahui kemudian bernama Bapak Sigit Indra. Tanggapan yang sama pun kami terima. Permintaan maaf baru terucap setelah kami terang–terangan menyampaikan bahwa permintaan maaf dari petugas pun tidak ada.
Sebagai konsumen tidak saja saya merasa dirugikan tapi juga kecewa sekali dengan jawaban manager yang seperti itu. Seakan akan tidak perduli dengan kondisi konsumen, padahal dengan kejadian ini seharusnya sangat membantu agar tidak makin banyak konsumen yang di rugikan.
Terlebih lagi ungkapannya kalau mau di masukkan ke koran pakai nama saya saja. Memang betul heroik sih. Bisa bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan rekan kerja yang lain. Tapi kok rasanya salah tempat ya.
Suami saya sempat menanyakan sistem pengecekan di Carrefour seperti apa? Dan disampaikan oleh pak Sigit bahwa sistem pengecekan sudah pakai sistem FIFO dan penanggalan untuk setiap telur yang masuk, dan maksimal umur telur adalah tiga hari. Bapak Sigit juga menyampaikan bahwa sudah ada pelanggan yang komplain mengenai telur basi ini sebelum saya. Yang kemudian saat saya komplain ini, pengecekan telur satu per satu sedang dilakukan.
Saya dan suami tidak tahu persis bagaimana sistem kontrol dan kualitas makanan yang diloloskon untuk dijual di Carrefour. Entah pengecekan hanya dilakukan setelah ada korban, kurang ketatnya proses kontrol, ketidakdisiplinan petugas, atau memanfaatkan posisi pelanggan yang lemah?
Hal yang jelas kami tahu pasti adalah kejadian telur basi ini membahayakan apabila sampai terkonsumsi dan merugikan pelanggan. Yang pada akhirnya juga akan merugikan Carrefour karena nama baik dan kepercayaan selama ini menjadi tercederai. Haruskah kami merasa was–was saat membeli produk di Carrefour? Mohon koreksi dan keberanian untuk intropeksi demi kemajuan Carrefour dan tanggapan yang lebih baik dari Carrefour mengenai hal ini. Terima kasih.
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial