Home > Lain-Lain > Lainnya > Ekonomi Lima Besar Dunia

Ekonomi Lima Besar Dunia


439 dilihat

Jakarta - Selama Orde Baru, sistem ekonomi kita dibangun dan mengadalkan bahan mentah sebagai struktur utama penopang ekonomi. Kondisi semacam ini tak mungkin lagi dipertahankan, karena akan menggerus daya tahan ekonomi dalam jangka panjang. Kesadaran untuk tidak mengandalkan bahan mentah lagi kini mulai nyata di era pemerintahan Presiden SBY.

Sumber daya alam (SDA) yang selama ini menjadi sumber utama devisa, akan digantikan dengan industri dan pengolahan. Ini semua dilakukan sepenuhnya untuk kepentingan nasional. Nantinya, seluruh sumber daya alam akan diolah dan diproduksi di dalam negeri. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di seluruh pulau di Indonesia.

Pembangunan infrastruktur merupakan persyarat utama guna menunjang kesuksesan setiap program pada tiap sektor dalam koridor ekonomi yang telah ditetapkan. Kebutuhan infratruktur yang spesifik bergantung pada kebutuhan fokus masing-masing sektor tersebut, di setiap koridor. Selain itu, ada beberapa sektor yang harus disorot seperti layanan finansial, kesehatan dan pendidikan.

Pembangunan aktivitas perekonomian untuk program-program utama tersebut, harus difokuskan pada koridor ekonomi yang telah ditentukan. Untuk menuju Visi Ekonomi Indonesia 2025 yang dikeluarkan Kementerian Koordinator Perekonomian, terdapat delapan program pokok yang harus dikembangkan. Delapan program atau sektor dimaksud adalah sektor industri, pertambangan, pertanian, maritim, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pembangunan regional lainnya.

Kita berharap pemerintah, dalam hal ini tim ekonomi serius mengembangkan visi ekonomi 2025 tersebut. Namun demikian, pekerjaan rumah masih menumpuk guna merealisasikan visi di atas. Diantaranya kesenjangan pembangunan antar wilayah dan infrastruktur yang terbatas.

Namun di sisi lain, kita memiliki sumber daya manusia yang melimpah dan kekayaaan sumber daya alam yang cukup. Ini merupakan modal awal yang strategis, khususnya untuk menghadapi krisis global. Namun kita harus optimis ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang akan lebih baik dan lebih maju.

Kompetisi Antar-Negara

Pembangunan nasional sendiri harus terukur, sehingga kemajuan yang dicapai memiliki akuntabilitas, transparansi, dan akseptibilitas yang tinggi di mata masyarakat dan juga di mata dunia. Dari balik rongga gelap ketidakjelasan tahun 2025, seakan muncul kekuatan magnetik luar biasa yang menggerakkan pikiran, perhatian, perasaan, dan tindakan banyak bangsa.

Banyak negara dan bangsa seolah dibuat gelisah, seolah tidak sabar menunggu datangnya era baru dalam satu generasi mendatang. Bagaimanakah sesungguhnya realitas dunia tahun 2025, yang menggetarkan dan mengerakkan banyak bangsa? Lebih khusus lagi, bagaimanakah nasib bangsa Indonesia pada tahun itu?

Tanda-tanda perkembangan tahun 2025 bagi banyak negara sudah mulai dirasakan sekarang ini. Tidaklah mengherankan, sejumlah negara tergerak memacu percepatan kemajuannya, berlari tunggang-langgang, meraih kemajuan di dunia yang digambarkan semakin datar, the world is flat.

Tanpa membiarkan mata terpejam sedikit pun, konsentrasi diarahkan ke depan untuk menatap tujuan hidup yang lebih baik, yang menjamin kesejahteraan hidup, kemerdekaan individu, perlindungan hak asasi dan demokrasi. Tidak sedikit bangsa yang gamang menghadapi tantangan dalam menggapai masa depan. Dan kita sadar negeri ini masih memiliki kekurangan di sana-sini. Tapi bukan berarti kita tak boleh bermimpi. Maka bertebaranlah cita-cita indah tentang sosok Indonesia di masa depan.

Yayasan Indonesia Forum—sebuah organisasi yang dimotori oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)—mengumandangkan Visi Indonesia 2025. Rencananya Agustus mendatang, yayasan itu akan melansir draft awal dari Visi 2025 yang mereka rancang sejak lama. Dalam visi tersebut, 23 tahun lagi Indonesia akan masuk dalam urutan kelima kekuatan terbesar ekonomi dunia. Kita nantinya hanya akan berada di bawah Cina, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Wow! Ini seperti angin segar di bulan kemerdekaan.

Lantas, akan berada di mana Australia, Amerika Latin, dan Jepang? Entahlah, mungkin para penggagas visi itu lupa melihat peta dunia. Pokoknya, mereka mencanangkan, di tahun 2025 setiap orang di negeri ini minimal bakal memiliki pendapatan US$ 18 ribu per tahun. Kualitas hidup kita akan sangat modern dan itu merata buat semua orang. Lantas, paling tidak akan ada 30 perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune 500 Companies. Tidak itu saja, PDB (produk domestik bruto) kita akan men capai US$ 5,1 triliun.

Untuk mencapai mimpi itu, Chairul Tanjung (Ketua Umum Yayasan Indonesia Forum) mensyaratkan sejumlah hal. Pertama, ekonomi harus dijalankan dengan berbasiskan keseimbangan pasar terbuka didukung birokrasi yang efektif. Kedua, perlu adanya pembangunan sumber daya alam, pembangunan manusia, peningkatan modal, serta penguasaan teknologi yang berkualitas dan berkelanjutan. Lalu, ketiga, perekonomian nasional mesti terintegrasi dengan kawasan sekitar dan global. Syarat lainnya bersifat kuantitatif. Visi Indonesia 2025 akan tercapai jika pertumbuhan ekonomi riil rata-rata mencapai 8,5% per tahun, laju inflasi 3%, dan pertumbuhan penduduk berkisar 1,12% per tahun.

Sementara terkait menuju Visi Ekonomi Indonesia 2025 yang dikeluarkan Kementerian Koordinator Perekonomian, kita harus punya beberapa tahapan. Pertama, dinamai tahap pembenahan, antara sekarang sampai tahun 2015. Selama delapan tahun itu, pertumbuhan diharapkan ada di kisaran 5% sampai 7%.

Lalu, pada tahun 2015-2025, kita ada di tahap akselerasi. Kala itu, pertumbuhan sudah harus mencapai 9%-11%. Pertumbuhan dan kontribusi sektor jasa harus melebihi sektor industri. Implementasi teknologi dalam perekonomian harus sudah optimal. Setelah itu, dari tahun 2025 sampai 2030, Indonesia masuk tahap keberlanjutan, dengan pertumbuhan PDB 7%-9% per tahun.

Jangan Takut Bermimpi

Presiden SBY tetap memberi semangat atas visi ini. Menurut Presiden, Visi Indonesia 2050 memang sebuah mimpi. Tetapi, presiden bilang, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menciptakan mimpi dan mewujudkannya dalam realitas." Pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun terakhir cukup baik, di level 6%, dan prediksi tahun ini bisa di atas angka tersebut.

Lalu PDB kita sekarang sekitar US$ 364 miliar (versi IMF) atau US$ 287 miliar (versi Bank Dunia). Menurut Bank Dunia, PDB kita berada di urutan ke-24. Sementara di IMF, posisi kita sedikit lebih baik, ada di urutan ke-21. Urutan ke-24 atau 21 memang terlihat agak lumayan. Sepertinya, itu tak kelewat jauh dari posisi kelima yang kita idam-idamkan.

Bangsa Indonesia barangkali tidak akan memiliki masa depan yang cerah kalau kita kering dalam cita-cita dan idealisme. Kita hidup dalam pragmatisme dan keseharian. Sebagai bangsa, janganlah kita kering dari cita-cita, pemikiran besar, serta gagasan-gagasan dan idealisme itu. Masa depan kita juga tidak akan cerah kalau kita tidak menjadi bangsa yang inovatif, dan terus menyampaikan pikiran-pikiran besar. Intinya adalah mengubah mimpi menjadi kenyataan. Kita juga tidak akan maju dan kalah, kalau kita tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Di atas semuanya, kita tidak akan dapat mewujudkan cita-cita besar itu kalau kita tidak bersatu, tidak berjuang bersama untuk membangun hari esok. Kita bisa melibatkan sebanyak mungkin generasi muda karena masa depan sesungguhnya adalah milik mereka semua.

Tetapi meskipun kita tahu tidak pernah ada jalan yang lunak untuk mencapai cita-cita yang besar, tetapi kita harus selalu optimis. Jika bangsa lain dapat maju, Indonesia pasti bisa maju. Untuk menuju Visi Indonesia, berarti Indonesia masa depan yang kita tuju, yang hendak kita wujudkan tahun 2030 adalah negara maju yang unggul dalam pengelolaan kekayaan alam. Indonesia bisa menjadi negara ekonomi besar, big five negara ekonomi besar.

Pengelolaan kekayaan alam dilakukan dengan mempertahankan keberlanjutannya. Yang hendak kita tuju adalah kualitas hidup modern yang merata, self growth. Dan yang kita tuju bukan hanya pertumbuhan ekonomi semata, tetapi growth with equity, pertumbuhan disertai pemerataan.

Oleh karena itu, pertumbuhan harus inklusif dan berbasis luas. Dengan kata lain, menjadi ekonomi kuat dunia di masa depan bukan sesuatu yang mustahil, melainkan impian yang dapat kita wujudkan. Semoga.

*Penulis adalah Peneliti di Developing Countries Studies Center (DCSC) Indonesia, Jakarta

Fathur Anas
Jl. Sunter Raya No 34 Jakarta Utara
*****@****.***
08129630906


(wwn/wwn)






Baca Juga





SuratPembaca

Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia

Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.

Kirimkan Masukan

[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00

Sosial