Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus. Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Jakarta - Mohon dimaafkan jika saya salah. Dalam pengetahuan saya yang terbatas, saya melihat bahwa filosofi utama dari bisnis adalah kepercayaan. Terutama bagi perusahaan jasa, memegang 'amanah' adalah 'nyawa' untuk bertahan hidup.
Apalagi jika jasa layanan yang diberikan adalah berbentuk courier service, titipan, ataupun pengiriman. Adalah pertimbangan yang tak mudah bagi seorang konsumen untuk mempercayakan pengiriman barang atau dokumennya pada pihak lain.
Karena banyak kemungkinan yang dapat terjadi, termasuk bahkan tidak tersampaikannya barang atau dokumen yang dimaksud ke penerima. Kurir yang tak mampu menjaga amanah dalam mengirim, tentunya harus bersedia 'angkat koper' dari panggung persaingan dan mengakui kekalahannya dalam kompetisi.
Sayangnya, itulah yang saya alami dengan TIKI. Sebuah perusahaan yang kerap mengklaim dirinya cukup besar dan berpengalaman sebagai 'kurir'.
Beberapa bulan yang lalu, beberapa hari sebelum Idul Adha. Pada saat itu, saya harus mengirimkan dokumen ke sebuah universitas di Selangor, Malaysia. Secara personal, saya memang termasuk konsumen yang tidak pernah loyal untuk urusan memilih 'kurir'.
Karena saat itu yang pertama saya lihat di bilangan Rawamangun adalah TIKI, maka saya menjatuhkan pilihan kepada perusahaan yang menasbihkan dirinya sebagai pembawa titipan secepat kilat ini.
Saat itu, hanya terjeda waktu libur Idul Adha, pengiriman berhasil sampai dengan baik. Ditambah lagi, saat itu saya baru tahu bahwa tarif yang dikenakan TIKI jauh lebih ekonomis dari 'kurir' yang menyandang label internasional.
Sebagai konsumen, tentu adalah manusiawi jika berdasarkan pengalaman pertama tersebut saya kembali mempercayakan TIKI untuk pengiriman berikutnya.
Pada tanggal 29 Januari 2013, saya kembali mempercayakan si 'kilat' ini untuk memegang 'amanah' menyampaikan dokumen ke alamat yang sama persis dengan pengiriman pertama. Nomor Resi yang saya dapatkan adalah: 02 007 085 9111.
Akan tetapi pada pengiriman kedua ini barulah betul-betul teruji layanan sesungguhnya dari TIKI. Penerima dokumen yang dituju, mengkonfirmasi bahwa mereka belum menerima kiriman yang saya sampaikan.
Bukannya tanpa upaya, saya pun berhubungan 'manis' dengan customer service TIKI pusat di nomor (021) 500125. Dalam data percakapan yang seharusnya mereka rekam (04/02) saya mencoba mengkonfirmasi keberadaan dokumen saya tersebut.
Saat itu dikatakan bahwa dokumen saya seharusnya telah disampaikan pada (02/04), namun dikembalikan karena alamat tidak lengkap.
Akan tetapi, dalam komplain yang saya ajukan berikutnya, diakui bahwa terjadi kesalahan pengiriman ke kota lain, dan sedang dicoba untuk dikirimkan kembali ke alamat yang dituju.
Mengapa TIKI yang melakukan kesalahan, saya yang dianggap tak lengkap menulis alamat? Tampaknya kita perlu mempertanyakan dasar etika yang diyakini oleh perusahaan yang satu ini.
Sebagai catatan, universitas yang saya tuju dalam dokumen tersebut telah berdiri sejak 1969. Jangankan dicari melalui GPS, bahkan supir taksi pun tahu persis bahwa alamat itu tidak salah.
Terlebih lagi, alamat dan orang yang dituju adalah sama persis dengan pengiriman pertama yang 'sukses' melalui TIKI. Jadi adalah hal yang 'lucu', dan tidak masuk dalam logika jika dianggap bahwa alamat yang saya berikan tidak lengkap. Apalagi sampai terjadi kesalahan pengiriman.
Sebagai catatan yang lain, dari sudut pandang seorang konsumen yang gundah, tampaknya sangat sulit meminta bantuan pihak TIKI untuk mengabari saya perihal keberadaan dokumen.
Berkali-kali mereka justru meminta agar saya yang menghubungi dan mengkonfirmasi ke customer service.
Alhasil, jadilah status 'pekerjaan' saya tiba-tiba berubah total: dari semula sebagai 'penulis' dan 'peneliti' yang sedang berjibaku dengan beragam kesibukan dan deadline, tiba-tiba menjadi "penelpon TIKI" yang sangat setia.
Apapun alasannya, faktanya adalah sampai saat saya membuat tulisan ini , dokumen saya masih belum diketahui ada dimana. Dan juga tak ada kejelasan dari pihak TIKI, sampai kapan saya harus menunggu.
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus. Akan diproses 1 s/d 7 hari.