Kekecewaan saya berawal ketika saya ingin pulang dari bandara sukarno hatta, pada tanggal 20 april 2014, sekitar jam 10 malam, saat itu saya dalam keadaan lelah dan ingin segera pulang dengan menggunakan jasa taksi.
Awalnya saya mendaftarkan nama saya untuk antrian taksi EXPRESS karena pada saat itu hanya taksi ekpress yang tidak memilliki banyak antrian penumpang dan kebetulan sudah ada 3 taksi yang stand by, namun dugaan saya salah, ternyata ketiga taksi tersebut sudah dibooking dan tinggal menunggu penumpang masuk, terpaksa saya menunggu kedatangan taksi EXSPRESS berikutnya.
Saya menunggu taksi EXPRESS cukup lama dan kebetulan posisi parkir TAXIKU berada tepat disamping antrian taksi EXPRESS, jadi ketika saya melihat ada tiga sampai empat mobil TAXIKU yang berdatangan dan dalam kondisi menunggu penumpang, saya buru-buru bertanya kepada supir TAXIKU dengan nomor mobil JC 773, apakah mobil nya bisa langsung berangkat?
Namun belum selesai saya bertanya, tiba-tiba rekan supir JC 773 (yang saya lupa mencatat nama dan nomor mobilnya) datang dan dengan nada suara agak tinggi, arogan, dan membuat gestur yang mengusir saya dari lokasi antrian, dan mengatakan : “tunggu EXPRESS saja pak, EXPRESS saja, tunggu saja disitu!”.
Awalnya saya agak kesal, tapi karena saya sudah cukup lelah dan terlalu malas untuk meladeni sikap supir tersebut, maka saya mendiamkan saja dan kembali mengantri di spot taksi EXSPRESS. Tidak lama berselang supir JC 773 menghampiri saya dan mengatakan dengan suara yang agak kencang : “Makanya pak, taksi ini juga bagus, yang butuh taksi ini juga banyak, dari siang udah banyak antriannya, ini handphone penumpang saja tadi siang ketinggalan langsung saya pulangin, taksi lain belum tentu mulangin, mana ada taksi lain kayak gini”.
Mendengar hal tersebut saya menjadi bertambah kesal, entah apa maksud supir JC 773 tersebut, apakah memang dia ingin mengatakan bahwa membuat keputusan yang salah ketika saya mengantri di spot taksi EXSPRESS pertama kali atau memang dia ingin menunjukkan pada rekan-rekan taksi lain bahwa memang TAXIKU jauh lebih baik, entahlah saya tidak paham, sampai – sampai ada rekan dari taksi merk lain menghampiri saya dan bertanya mengapa supir JC 773 dan rekannya menolak dan bersikap kasar seperti itu, dan saya menjawab: saya juga tidak tahu ?
Perlu diketahui, bukan hanya sekali dua kali saya berpindah antrian taksi di bandara, sering saya berpindah antrian dari BLUEBIRD ke EXPRESS atau sebaliknya apabila saya mengantri taksi tersebut terlalu lama, dan saya tidak pernah mendapat masalah sekalipun karena hal ini, para timer dari taksi-taksi tersebutpun tetap melayani penumpangnya dengan baik dan ramah.
Saya tidak pernah meragukan pelayanan yang diberikan oleh TAXIKU, bahkan saya sering menggunakan jasa TAXIKU setiap kali saya berangkat ke bandara karena saya tidak perlu membayar tol jika saya menggunakan TAXIKU, selama ini saya selalu mendapatkan kesan yang positif sampai akhirnya saya mendapat kejadian ini.
Saya sama sekali tidak menyalahkan manajemen TAXIKU dan saya yakin sikap tidak sopan yang saya dapatkan tidak mewakili kebijakan manajemen TAXIKU, hal itu semata-mata hanyalah ulah oknum pengemudi.
Namun, alangkah baiknya jika manajemen TAXIKU tidak hanya memprioritaskan kualitas pelayanan armada taksinya, namun juga memperhatikan kualitas personal para pengemudinya, saya yakin TAXIKU telah berusaha keras menciptakan image yang baik dan branding yang kuat bagi para pelanggannya yang sudah terbagun dengan sangat baik sampai saat ini, sayang sekali jika usaha keras tersebut menjadi rusak karena ulah oknum pengemudi yang kurang memiliki sifat melayani pelanggan dengan baik.
Sebagai masukan, mungkin ada baiknya manajemen TAXIKU memberi pelatihan terlebih dahulu bagi pare pengemudinya, mengenai tata cara yang baik dalam memberikan pelayanan yang prima bagi para pelanggan setia TAXIKU. Terima kasih