Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus. Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Jakarta - transjakarta. Sebuah mega proyek yang diprakarsai oleh (Mantan) Gubernur Jakarta, Sutiyoso telah berhasil menjadi sebuah alternatif alat transportasi massa di Jakarta. Kehadirannya --walaupun tidak (atau setidaknya, belum) berhasil mengatasi problematika kemacetan di Ibu Kota --mampu memberikan harapan bagi masyarakat Jakarta, akan sebuah alat transportasi umum berskala masif yang layak dan eksklusif (terlebih, dengan adanya jalur khusus yang disebut busway).
Akan tetapi keeksklusifan busway bagi transjakarta nampaknya disalahartikan oleh sebagian oknum pengemudi transjakarta. Jalur busway memang tidak diperbolehkan untuk dilewati oleh kendaraan lain (kecuali beberapa kendaraan, seperti ambulance atau pemadam kebakaran, dan kendaraan VIP lain --mungkin), khususnya kendaraan pribadi seperti mobil atau motor pribadi.
Walaupun pada prakteknya kita masih sering mendapatkan oknum-oknum pengguna jalan raya yang memanfaatkan jalur busway yang relatif lebih sepi dibanding jalan raya biasa. Ada pun di beberapa kasus ruas jalur busway terdapat celah perputaran kendaraan. Celah ini memotong jalur busway.
Pengalaman saya di beberapa kesempatan saya juga sering menggunakan celah ini untuk memutar arah. Saya menggunakan sepeda motor sebagai kendaraan operasional sehari-hari, dan kadang menggunakan mobil di beberapa kesempatan khusus. Di sinilah saya, sebagai pengguna jalan, terkadang merasa sering diintimidasi oleh arogansi beberapa oknum supir transjakarta.
Seperti contoh pengalaman yang baru saja saya alami sore ini. Tepatnya Selasa, 1 Juni 2010 sekitar pukul 18.00 sore. Celah perputaran jalan yang memotong jalur busway yang sering saya gunakan salah satunya adalah di Jl Warung Jati Barat Selatan. Tepatnya persis di depan Gedung Graha Krama Yudha.
Sudah menjadi kewajiban saya untuk menjemput istri yang bekerja di salah satu kantor di gedung tersebut. Sambil lalu memutar arah kembali di celah perputaran tadi untuk kembali ke rumah saya di daerah Tanjung Barat Jakarta Selatan. Pada saat di celah seperti inilah saya sering merasa diintimidasi oleh beberapa oknum transjakarta.
Seperti ketika saya akan memutar tentunya saya juga harus melihat situasi terlebih dahulu. Paling aman adalah ketika lampu hijau ke arah kanan menuju Jl Duren Tiga menyala. Tapi, kadang saya tidak mendapat kesempatan itu dan harus menunggu jalanan dari arah Mampang menuju Ragunan agak sepi. Pada saat saya sedang menunggu tersebut itulah terkadang ada (sekali lagi) oknum pengemudi transjakarta yang merasa tidak sabar ketika saya sedang menunggu, dan membunyikan klakson secara tidak manusiawi.
Pada saat itu istri saya sempat berteriak kepada oknum pengemudi tersebut, dengan mengatakan bahwa sudah seharusnya para pengemudi itu bisa lebih bersabar karena sebenarnya kami (para pengguna jalan lain) berhak melewati celah tersebut untuk memutar balik arah.
Tetapi, apa yang sang oknum pengemudi transjakarta dan asisten di sampingnya lakukan adalah hanya tertawa-tawa dan membunyikan klakson lebih sering lagi. Seolah-olah yang dilakukan istri saya adalah sesuatu yang lucu.
Padahal pada saat itu bukan hanya saya kendaraan di celah itu tetapi juga ada sebuah mobil Innova dan beberapa motor lainnya. Yang pada saat setelah saya berhasil melewati celah tersebut untuk memutar balik. Dan 'toh' lampu merah arah Mampang yang dituju transjakarta yang di kemudikan oleh oknum pengemudi transjakarta tersebut berganti Merah. Dan pada intinya sebuah bus / kendaraan jenis apa pun harus tetap mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku dan tidak lupa saling menghargai pengemudi kendaraan lain.
Tetapi, beberapa hari sebelumnya tepatnya Senin, 31 Mei 2010 di sekitaran jam yang sama, saya juga mengalami situasi yang serupa. Tetapi, ketika ada sebuah bus transjakarta yang datang sang sopir sengaja menunggu saya lewat tanpa membunyikan klakson atau pun tindakan-tindakan lain yang bisa menimbulkan perasaan diintimidasi dari saya. Belum lagi beberapa bulan yang lalu saya melihat ada juga seorang pengendara motor yang tertabrak transjakarta hingga mengalami patah kaki di daerah yang sama.
Saya memang tidak begitu mengerti tentang peraturan yang mengatur situasi seperti yang baru saja saya alami. Tapi, ketika saya menghadapi sebuah situasi yang sama, dan mendapat dua perlakuan yang berbeda dari sopir transjakarta, saya menjadi bingung.
Apakah yang seharusnya saya lakukan dalam situasi seperti itu? Apakah saya harus menunggu transjakarta lewat? Atau saya harus menunggu lampu hijau? Di mana saya harus menunggu? Dan timbul juga pertanyaan dalam hati saya, apakah sikap yang harus diambil oleh para pengemudi transjakarta mengenai situasi seperti ini?
Saya tahu jalur busway memang eksklusif bagi bus transjakarta. Tapi, ada beberapa bagian yang menurut saya, tidak hanya milik eksklusif transjakarta, tapi juga milik pengguna jalan yang lain. Contohnya ya celah perputaran jalan yang saya bahas ini. Beda halnya dengan Kereta Api, dengan situasi tersebut saya akan lebih bisa memaklumi.
Sekian opini saya dan saya mengharapkan adanya pencerahan dari uneg-uneg saya. Terima kasih.
Putra Mahardika Tanjung Barat Jakarta Selatan *****@****.*** 08161324656
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus. Akan diproses 1 s/d 7 hari.