Pada hari Minggu, 15 Mei 2011 saya bersama kedua teman saya bermaksud merayakan ulang tahun di Bumbu Desa Kelapa Gading dengan mengajak teman-teman kami. Salah satu teman kami datang dengan membawa kue ulang tahun yang telah dititip ke restoran tersebut, dengan maksud setelah makan bersama, kue tersebut dapat dihidangkan. Pada saat kami sedang makan, kami melihat pegawai-pegawai bumbu desa sedang berarakan ke meja tamu lain dengan membawa kue yang mirip dengan kue ulang tahun yang dibawa oleh teman saya.
Ketika melihat kue itu, teman saya melihat kue tersebut mirip sekali dengan kue yang telah dibelinya. Teman saya segera menanyakan pada salah satu pegawai, apakah kue tersebut adalah miliknya. Pegawai tersebut masuk ke dalam dan lama sekali tidak keluar menemui kami, sampai arakan pegawai yang membawa kue mirip kue kami sudah kembali ke dapur. Setelah itu, pegawai yang tadi kami tanyakan keluar dan mengatakan kue kami tidak tertukar. Pegawai tersebut lalu menanyakan apakah kuenya mau dikeluarkan sekarang atau tidak.
Karena belum mau dikeluarkan, dan teman saya itu tidak menyangka kalau pegawai bumbu desa akan berbohong, maka teman saya kembali ke meja kami lagi. Setelah kami selesai makan, kami minta kue kami lagi untuk dikeluarkan. Setelah dikeluarkan oleh pegawai tersebut, teman saya bertanya,”Kok sudah ada lilinnya?”. Pegawai tersebut menjawab,” Iya mas, tadi dipakai untuk latihan.” Pada kue tersebut sudah terdapat bekas lilin yang sudah ditiup. Teman saya mengatakan “mana ada mas latihan, lilin kebakar sampai setengah. Tadi dipakai kan di meja sebelah.”
Akhirnya pegawai tersebut mengaku bahwa kue tersebut telah dipakai untuk meja lain dan telah ditiup oleh orang lain. Selain sebuah kue besar, teman saya juga membawa beberapa kue kecil. Ketika ditanyakan oleh teman saya mengenai kue kecil tersebut, kue-kue itu dikeluarkan dengan bekas terpasang lilin. Sewaktu ditanyakan apakah sudah dipasang lilin,awalnya mereka mengatakan kue-kue tersebut belum diapa-apakan. Lalu ditanyakan kembali oleh teman saya bahwa di kuenya sudah terlihat jelas ada bekas lilin tertancap.
Pegawai itu akhirnya mengaku sudah dipasang lilin tetapi belum ditiup. Teman saya menanyakan bagaimana cara mereka mematikan lilin tersebut, dan pegawai itu menjawab bahwa dia yang meniupnya. Sejujurnya saya kecewa sekali dengan restoran sekelas Bumbu Desa yang namanya sudah cukup dikenal masyarakat, namun pelayanannya sangat tidak memuaskan, terutama ketika pegawai-pegawai tersebut mengelak waktu ditanya mengenai kepemilikan kue tersebut dan berusaha menutupi kue yang salah diberikan ke meja lain.
Bahkan ketika sudah ditanyakan berulang kali, mereka masih mencoba berbohong bahwa kue tersebut belum ditiup lilinnya. Sesudah kejadian tersebut, teman saya meminta ganti rugi untuk kue tersebut. Setelah berunding, pihak Bumbu Desa berniat mengganti rugi kue tersebut dengan kue lain, yang tentu saja berbeda dengan yang diharapkan karena teman saya memesan kue yang khusus dan tulisan diatas kue tersebut “Mohon maaf atas kesalahan kami”.
Selain itu, pada saat kejadian berlangsung tidak ada manajer restoran tersebut di tempat, dikatakan sudah pulang padahal waktu masih menunjukkan sekitar pukul 20.00 dan restoran masih buka pada saat itu. Kompensasi yang kami dapat hanyalah kue permintaan maaf, yang tentu saja kami harus menunggu lama untuk itu dan kue yang sama sekali berbeda dari yang diharapkan karena teman saya membeli kue yang dipesan khusus, serta voucher Bumbu Desa, tanpa adanya biaya ganti rugi. Voucher tersebut juga tidak bisa digunakan secara langsung.
Pihak restoran Bumbu Desa hanya memberikan diskon senilai 15% yang nilainya sama bila kami menggunakan kartu member Artha Gading. Dan setelah diskon 15% itu pun, kami tidak bisa menggunakan kartu member Artha Gading, jadi kami anggap itu sama sekali bukan diskon atas kesalahan yang mereka lakukan. Pelayanan yang kami dapat sangat mengecewakan dengan jawaban pegawai yang berbohong serta tidak adanya manajer di tempat dan kompensasi yang sangat tidak memuaskan.
Bagaimana restoran Bumbu Desa bisa salah mengeluarkan kue dan pegawainya malah membohongi customer? Kompensasi yang diberikan hanyalah voucher dan kue minta maaf yang tidak sebanding dengan suasana bahagia yang sudah dirusak. Kami 25 orang yang hadir saat itu sangat kecewa dan tidak berminat untuk datang kembali ke restoran tersebut, jadi voucher yang diberikan tidak berguna sama sekali.
Dan bagaimana pula manajer restoran tidak ada ditempat pada saat kejadian padahal restoran masih buka dan juga tidak dihubungi sama sekali untuk kejadian ini? Saya harap pihak Bumbu Desa dapat belajar dari pengalaman ini dan sedianya hal ini dapat menjadi pelajaran berarti untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Levina Chandra
Sunter Paradise F 22 No 25
Jakarta
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial