Jakarta - Saya menuliskan keluhan ini setelah mengalami peristiwa yang tidak mengenakan ketika perjalanan pulang ke Australia melewati Bandara International Ngurah Rai Denpasar. Sabtu pagi saya terbang dari Jakarta untuk transit di Denpasar, Saya pergi bersama dengan suami dan dua orang anak yang berkewarganegaraan asing (4 tahun dan 18 bulan).
Awal perjalanan sampai tiba di Denpasar dan proses check in di Internasional Airport Bandara Ngurah Rai berjalan dengan lancar. Meskipun proses check in kami tinggal beberapa menit sebelum loket check in ditutup tapi semua dapat kami lalui dengan baik.
Setelah proses check in pesawat kami menuju ke Gate keberangkatan yang berada di lantai 2. Melewati loket pembayaran airport tax semua masih lancar. Para petugas baik di loket check in pesawat sampai petugas yang berada di loket airport tax memeriksa keempat paspor kami (paspor Indonesia saya, dan ketiga paspor asing suami dan 2 anak saya) tanpa mempermasalahkan satu hal pun.
Namun, sesampainya di loket Imigrasi, di mana yang antrian sangat panjang dengan mayoritas orang asing, ketika giliran kami dan mereka memeriksa paspor Indonesia saya, petugas tersebut mengatakan bahwa saya harus mendapat "stempel bebas fiskal" dari loket fiskal di lantai dasar.
Saya pun menanyakan apakah itu aturan baru karena setahu saya alamat di belakang paspor saya sudah beralamatkan alamat tetap di luar negeri. Saya juga sudah memiliki Kartu Izin tinggal di Australia. Apakah masih memerlukan stempel bebas fiskal? Petugas tersebut dengan jawaban yang seenaknya tanpa penjelasan panjang lebar hanya menjawab, "ya masihlah, Bu?" Dan, kemudian suami saya menambahkan bahwa kemarin-kemarin tidak seperti ini.
Ini pertama kalinya karena beberapa kali kami keluar melalui Bali tidak pernah dimintai stempel bebas fiskal untuk paspor istri saya (yang dimaksud adalah saya) dan kita pergi melalui Jakarta juga tidak pernah dimintai stempel bebas fiskal. Namun, sang petugas tersebut kemudian menjawab, "ya pergi lewat Jakarta aja kalo gitu?" Sambil meneruskan perkataan, "sudah sekarang minggir dulu, kasih lewat antrian orang-orang yang lain?"?
Setelah perkataan tersebut, saya dan suami yang tanpa penjelasan selanjutnya merasa sangat kesal. Petugas yang melayani kami di loket tersebut yang seharusnya memberitahu di mana loket tempat untuk stempel bebas fiskal tiba-tiba memanggil petugas lain dan meminta kami untuk datang ke Kantor Imigrasi yang ada di dalam bandara. Saya pun dengan nada tinggi berkata, "ya sudah sekarang di mana loketnya?"
Kejadian di depan imigrasi tersebut sempat menjadi perhatian orang-orang yang sedang mengantri di loket Imigrasi. Kemudian petugas Imigrasi lain yang menghampiri kami bertanya apa yang terjadi. Saya menjawab bahwa apa masih perlu saya melakukan stempel bebas fiskal. Karena, beberapa kali pergi ke Australia melewati Bali tidak pernah diminta stempel bebas fiskal dan di mana loket tersebut? Kami sudah telat untuk boarding pesawat dan juga capek dan repot karena membawa anak-anak.
Lagi-lagi petugas tersebut kemudian mengatakan tanpa menjelaskan di mana lokasi loket fiskal, "Ibu mau berangkat atau tidak, ya sudah ikut ke kantor dulu Bu, kalo Ibu capek, ya saya yang kerja di sini juga capek?" Kami pun masuk ke dalam Kantor Imigrasi Bandara. Saya, suami, dan anak-anak yang sudah sangat lelah dan terhambat perjalanan. Padahal, pesawat kami sudah boarding harus berhadapan lagi dengan beberapa petugas lain di Kantor Imigrasi tanpa satu pun dari mereka memberitahu dimana lokasi loket fiskal. Di lantai bawah sebelah mana?
Di dalam Kantor Imigrasi saya dan suami melihat seorang petugas pergi meninggalkan ruangan Kantor Imigrasi (saya tidak melihat dengan jelas muka petugasnya, mungkin orang tersebut adalah petugas yang mengantar kami ke dalam Kantor Imigrasi) sambil menggebrak pintu. Entah apa maksud gebrakan pintu tersebut. Apakah itu salah satu bentuk perilaku petugas Imigrasi Bandara Internasional yang seharusnya melayani?
Saya menanyakan kepada petugas lain di dalam Kantor Imigrasi. Apa maksud dari gebrakan pintu tersebut? Tapi, tidak ada yang menjelaskan bahkan tidak satu pun yang meminta maaf mewakili perlakuan yang telah dilakukan oleh salah satu kolega mereka di situ.
Akhirnya setelah beradu argumen saya pun berjalan ke lantai dasar ke loket fiskal. Informasi di mana loket fiskal saya dapat dari petugas di loket airport tax. Sedang suami dan anak-anak menunggu di luar Kantor Imigrasi lantai atas. Sesampai di loket fiskal saya pun kembali menanyakan kepada seorang petugas di situ. Sudah berapa lama aturan ini ditetapkan? Padahal, berkali-kali saya lewat Bali tidak pernah disuruh minta stempel bebas fiskal di bawah.
Namun, lagi-lagi perkataan dari jawaban petugas tersebut benar-benar di luar dugaan saya. "Ibu disuruh stempel aja susah, apalagi disuruh bayar fiskal?"?
Saya minta maaf. Apakah pertanyaan saya itu salah? Ini pertama kali saya mengalami perlakuan seperti itu di negara saya sendiri, Indonesia. Sebelumnya saya sering membaca mengenai komentar, cerita dari beberapa orang, dan bahkan beberapa teman yang diperlakukan seperti itu oleh petugas Imigrasi Bandara. Tetapi, saya tidak pernah ambil pusing karena saya tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu sebelumnya, di Bandara manapun di Indonesia.
Beberapa kali saya transit di Ngurah Rai Denpasar atau pun tiba di Soekarno Hatta - Jakarta, tidak pernah terjadi hal seperti itu. Apakah sekarang saya yang tidak beruntung? Tapi, apakah perlakuan seperti ini termasuk dari untung rugi seseorang? Apakah petugas-petugas Imigrasi memiliki standard yang berbeda tentang "attitude".
Memang petugas Imigrasi Bandara di negara mana pun adalah bagian terpenting dari suatu Penjagaan Keamanan suatu Negara (Border Security), Wajar kalau mereka ingin bersikap tegas dan "strict". Tetapi, kalau sudah lepas dari ketidaksopanan dan tidak memiliki "manner", baik perkataan dan perbuatan, terutama perlakuan ini ditujukan terhadap orang dari bangsanya sendiri, itu namanya bukan berwibawa. Tapi, sok memiliki kuasa.
Saya sebagai salah satu Warga Negara Indonesia yang sering bepergian ke luar negeri dan masih membutuhkan fasilitas keimigrasian di Indonesia berharap semoga kinerja dari petugas Imigrasi di mana pun di Indonesia, khususnya para petugas Imigrasi Bandara dapat lebih memperhatikan kinerja, perilaku, perkataan, dan pelayanan mereka terhadap seluruh pihak dan lapisan. Tanpa membedakan bentuk, warna kulit, dan pekerjaannya. Terima kasih.
Nilla Connelly
NSW - Australia
*****@****.***
(msh/msh)