Bekasi - Bapak-bapak, Ibu-ibu para wakil rakyat dan Jajaran Manajemen PT. Jasamarga yang terhormat, izinkan kami menyampaikan rasa kesedihan kami ketika lagi dan lagi terdengar kabar bahwa akses naik dan turun penumpang bis di tol Jatibening akan segera ditutup.
Bapak-bapak, Ibu-ibu Jajaran Manajemen PT. Jasamarga yang terhormat, kami akan mengajak bapak dan ibu ke masa sewaktu dulu akan dilakukan pembukaan jalan tol yang menghubungkan Cikampek dengan Jakarta ini, kami kira tanah yang bapak dan ibu beli dulunya adalah tanah warga bukan?
Namun ternyata warga akhirnya bersedia juga menjualnya karena untuk kepentingan publik yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi banyak orang.
Saat itu juga dibangun pintu tol Pondok Gede Timur atau orang lebih banyak mengenalnya dengan nama Jatibening, yang merupakan pintu gerbang memasuki kota Jakarta bagi kendaraan dari luar daerah.
Disana terdapat akses untuk naik turun penumpang bis yang sangat membantu bagi masyarakat sekitar. Karena untuk menempuh perjalanan ke Jakarta lewat sana bisa lebih cepat dan tentunya lebih murah.
Namun seiring dengan waktu berjalan, tahun 2011 kemarin bapak dan ibu membangun pintu tol Cikarang Utama sebagai pintu gerbang utama memasuki kota Jakarta, hal itu dilakukan oleh karena jika pintu tol Pondok Gede Timur masih dijadikan sebagai pintu gerbang Jakarta maka kemacetan akibat antrian kendaraan yang akan masuk dan keluar tol menjadikan kemacetan yang luar biasa seiring dengan pertumbuhan jumlah mobil saat ini.
Lalu seiring dengan waktu berjalan juga, akhirnya dilakukan pembongkaran terhadap pintu tol Pondok Gede Timur tersebut dan dilakukan penataan disana.
Besar harapan kami saat itu bahwa bapak dan ibu jajaran manajemen PT. Jasamarga akan membuatkan fasilitas yang lebih baik untuk kami yang biasa menggunakan akses turun naik penumpang disana.
Namun apa yang terjadi? Ternyata disana malah dibangun taman-taman tol yang sedemikian luasnya, juga bapak dan ibu malah menutup akses jalur bis yang biasanya digunakan oleh bus menurunkan dan menaikan penumpang, dan ironisnya justru mempersempit jalur dengan hanya menyediakan 4 (empat) jalur saja yang bisa digunakan oleh kendaraan ketika melewati daerah tersebut.
Otomatis kebijakan tersebut menjadikan kami 'kalang kabut', para calon penumpang digiring kesana kemari oleh petugas disana ibarat pengemis yang minta-minta ketika jatah tempat untuk naik turun bis mereka tidak lagi tersedia.
Bis juga kebingungan dimana akan menaikkan dan menurunkan penumpangnya, sehingga sempat terjadi kemacetan. Dan alasan kemacetan yang ditimbulkan karena hal tersebut itulah yang kemudian menjadikan senjata ampuh bagi bapak dan ibu kembali menggulirkan kebijakan untuk menutup akses turun naik penumpang disana.
Satu pekan kebelakang bapak dan ibu memasang spanduk besar bahwa menurunkan dan menaikkan penumpang disana adalah melanggar Undang-undang, sehingga tanggal 13 Februari 2012 kemarin para petugas keamanan akan melakukan tindakan tegas terhadap sopir bis yang masih menurunkan dan menaikkan penumpang disana.
Namun alhamdulillah, ternyata mungkin karena masih adanya rasa belas kasihan bapak dan ibu sampai saat ini kami masih bisa naik dan turun bis disana, serta tidak dilakukan pemberian hukuman terhadap para sopir yang melakukan hal itu.
Dan kini, kami lagi mendapatkan kabar bahwa telah fix akhir bulan ini akses tersebut akan ditutup. Tanpa kami tahu bagaimana atau adakah solusi untuk kami yang biasa menggunakan akses turun naik penumpang disana.
Tidak hanya ratusan, mungkin ribuan orang telah menggunakan akses tersebut untuk mereka pergi dan pulang menuju tempat mereka bekerja untuk menghidupi keluarga mereka. Untuk mencari rezeki, untuk mencari ilmu, dan sebagainya.
Bahkan disana juga telah menjadi tempat lahan mencari rezeki pula bagi sekitar 800-an orang bapak-bapak tukang ojek yang mangkal disana.
Kami mohon perhatian, pengertian, bantuan dan rasa kemanusiaan dari bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian untuk memberikan solusi terbaik bagi hal ini.
Seandainya bapak-bapak dan ibu tahu, apa yang kami lakukan dengan naik turun bis umum disana sebenarnya telah menunjukkan bahwa kami sadar akan kemacetan ibu kota yang semakin hari semakin menjadi saja.
Kami juga telah membantu pemerintah yang sangat kesulitan mengatasi kemacetan tersebut. Kami rela berdesak-desakan di bis umum.
Padahal mungkin bagi yang tidak menyadari hal ini, mereka akan memilih menggunakan kendaraan pribadi mereka saja yang jika bapak dan ibu perhatikan, satu mobil hanya berisi satu dua orang saja isinya. Yang tentunya justru akan menambah macetnya ibu kota Jakarta, bukan?.
Namun memang kami sadar, dengan semakin banyak kendaraan pribadi, maka keuntungan bagi PT. Jasamarga akan semakin banyak.
Satu lagi mohon bapak dan ibu perhatikan juga, kami yang tidak memiliki kendaraan pribadi dengan kebijakan bapak dan ibu sekalian akan harus mengeluarkan biaya yang jauh berlipat-lipat lebih besar serta waktu dan jarak tempuh yang lebih lama tentunya untuk menuju tempat kami bekerja seandainya tidak ada solusi untuk hal ini.
Kami sangat mengharapkan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian memikirkan hal ini dan membantu kami dengan kesulitan yang akan terjadi.
Kami mencoba menawarkan solusi, semoga bisa menjadi sumbang saran bagi bapak dan ibu sekalian seandainya memang benar-benar hal ini akan diberlakukan.
Pertama, apa mungkin bapak dan ibu membuka kembali jalur bis yang sebelumnya biasa digunakan untuk bis menaik dan menurunkan penumpang disana?
Kami melihat seandainya ini dilakukan tidak akan ada kemacetan yang terjadi disana karena jalur kendaraan lain tidak akan terganggu.
Kedua, apa mungkin juga bapak dan ibu mempersempit taman yang ada, dan tentunya mengembalikan jalur lebih banyak sehingga tidak terlihat percuma keberadaan taman-taman tersebut yang justru menambah kemacetan yang ada.
Ketiga, jika memang disana tidak boleh ada turun naik penumpang bis umum, apa mungkin dibuatkan satu area yang bisa menaikkan dan menurunkan penumpang bagi bis-bis, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat sekarang.
Jangan sampai warga harus memutar balik ke terminal yang lokasinya sangat jauh dari Jatibening dan tentu biaya ongkos yang harus dikeluarkan akan lebih besar untuk kami.
Keempat, jika memang masih juga bapak-bapak dan ibu tidak setuju dengan saran-saran dan masukan kami, do'akan kami para pengguna akses dan turun bis disana agar masing-masing memiliki mobil pribadi yang bisa menggunakan tol Jatibening tanpa harus menggunakan bis, dan tentunya akan menambah pundi-pundi keuntungan bagi perusahaan bapak dan ibu sekalian.
Demikian surat terbuka ini, semoga bapak dan ibu sekalian tergerak hatinya untuk membuka mata dan mencoba memikirkan seandainya bapak dan ibu sekalian berada pada posisi kami.
Dan bagi bapak-bapak serta ibu-ibu wakil rakyat, ini kesempatan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian untuk memperjuangkan aspirasi rakyat yang anda wakili.
Dikdik Andhika Ramdhan
Jl. Cemerlang Jatibening, Bekasi
*****@****.***
081387225075
(wwn/wwn)