(Surat ini untuk merevisi surat yang sebelumnya saya tulis. Kejadiannya di bandara Ngurah Rai Denpasar, bukan Adisucipto Jogja). Pada tanggal 15 Oktober 2012 profesor saya yang datang dari sebuah universitas terkemuka di Jepang mengunjungi Indonesia dengan Garuda, nomor penerbangan GA 883 (dari Osaka ke Denpasar). Beliau menceritakan sebuah insiden yang menurut saya sangat memalukan dan mencoreng citra Indonesia. Sewaktu beliau mendarat dan mencari tas dari baggage claim, beliau tidak mendapatkan tasnya di conveyor belt.
Kemudian beliau malah didatangi oleh seorang porter yang menanyakan, apakah betul namanya sesuai yang tertulis di baggage tag pada tas yang sudah ada pada troli yang dia bawa. Setelah mengiyakan, porter tersebut malah meminta uang (secara paksa) karena tasnya sudah dia bawa. Tak hanya itu, ketika profesor saya memberikannya uang Rp 50,000, si porter itu malah meminta uang yang ‘warnanya merah’ (alias Rp 100,000!).
Saya merasa sangat malu ketika mendengar cerita dari beliau. Saya harap agar petugas di bandara Ngurah Rai menindak tegas pelaku pemerasan dengan modus semacam ini, agar tidak ada wisatawan asing yang dirugikan dan malah kapok datang ke Indonesia. Apalagi bandara Ngurah Rai sudah menyebut diri sebagai international airport.
Aretha Aprilia
Jl. Bukit Ganda no. 8, Bukit Sari, Semarang
Semarang
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
letstalk@suratpembaca.com
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial