Tanggal 17 September 2010, saya beserta istri dan seorang anak naik KA Fajar Utama Jogja (FUJ) dari Stasiun Kutoarjo menuju Pasar Senen. Biasanya saya selalu naik KA Sawunggalih Utama (SWU) jika pulang kampung atau berlibur bersama keluarga. Namun karena tidak kebagian tiket untuk arus balik, maka saya terpaksa naik KA FUJ. Selama perjalanan dari Kutoarjo hingga Pasar Senen, tak ada kesan nyaman dan aman di dalam KA FUJ tersebut. Pedagang asongan, pengamen, hingga pengemis dengan bebas mondar-mandir di dalam gerbong kereta selama perjalanan tersebut. Petugas Polri yang berjumlah 2 orang pun hanya sekali terlihat saat mendampingi kondektur memeriksa karcis setelah Purwokerto. Anehnya lagi, banyak penumpang yang tidak mempunyai karcis, sehingga membayar kepada kondektur (saat itu yang bertugas ada 2 orang kondektur). Petugas kebersihan pun tak terlihat membersihkan toilet dan sampah yang berserakan di dalam gerbong. Sampah tersebut justru dibersihkan oleh pemulung yang meminta imbalan kepada setiap penumpang. Sewa bantal pun dipatok dengan harga yang lumayan mahal (Rp 5.000,-/bantal dengan kondisi sarung bantal banyak yang tidak bersih) dan selepas Cikampek, bantal sudah diambil kembali oleh petugas Restorasi. Beda sekali dengan layanan KA SWU. Penumpang merasa nyaman dan aman ketika naik kereta tersebut. Tak ada pedagang asongan, pengamen, hingga pengemis yang mondar-mandir di dalam kereta selama perjalanan. Toilet pun bersih dan wangi karena selalu dikontrol petugas kebersihan. Demikian halnya dengan sampah yang ada di lorong gerbong kereta api pun selalu dibersihkan secara berkala. Minimal 3x petugas kebersihan menjalankan tugasnya di KA SWU relasi Kutoarjo-Pasar Senen. Selain itu, petugas Polri yang mengawal KA SWU selalu mondar-mandir untuk memastikan bahwa penumpang dalam keadaan aman. Bahkan jika menemui pedangang asongan, pengamen, atau pengemis di dalam gerbong, maka petugas Polri akan mengusir mereka dengan menggiringnya ke gerbong paling belakang. KA FUJ dioperasikan oleh DAOP VI Jogjakarta, sedangkan KA SWU dioperasikan oleh DAOP V Purwokerto. Terlihat jelas bahwa kinerja DAOP VI Jogjakarta masih di bawah kinerja DAOP V Purwokerto. Bahkan DAOP V Purwokerto pun menjadi pioneer dalam pengoperasian KA Ekonomi AC yaitu KA Bogowonto. Saya menyarankan agar PT KAI (Persero) membuat rating atau penilaian terhadap kinerja masing-masing DAOP dan diumumkan ke publik demi tercapainya kepuasan pelanggan.
Ade Maulana
Neroktog - Pinang
Tangerang
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial