Sepuluh tahun sudah saya menjadi pelanggan kereta api mulai dari KRL ekonomi buatan Jepang 1978, buatan PT INKA Madiun 1980 sampai sekarang sudah ada KRL AC ekonomi dan AC Ekspres bekas dari negeri matahari terbit. Yang namanya AC Ekonomi benar-benar ekonomis, semua yang ada dalam gerbong serba darurat, lampu mati, sampah bau busuk di setiap sudut gerbong, kaca jendela pecah, pegangan besi dekat pintunya hilang. Sampai pada shok breakernya tidak berfungsi dengan baik, sangat terasa kasarnya kalau melewati rel yang bergelombang dan itu risikonya kereta bisa terlempar dari relnya, sisi lain dari kereta ekonomi adalah banyaknya para penjambret dan pencopet, serta sangat berisiko karena bisa-bisa tersengat listrik dengan banyaknya penumpang di atap kereta. Kita ke KRL ekspres AC dan ekonomi AC. Namanya saja Ekspres AC tapi, kecepatan, ketepatan dan kepastiannya jangan harap ekspres, setali tiga uang dengan AC Ekonomi. Dan dari sekian banyak persoalan KRL Jabodetabek tersebut di atas, yang paling krusial dan sudah menjadi ritual para pengelola KRL adalah masalah sinyal. Hampir setiap minggu, bulan bahkan bisa 2-3 hari masalah sinyal ini muncul. Jawaban dari para pengelola KRL Jabodetabek, hanyalah minta maaf dan maaf, tapi solusinya tidak ada, bahkan terkesan dibiarkan para pengguna KRL terlantar berjam-jam di setiap stasiun. Saya dan para pelanggan lainnya sudah membeli tiket dengan benar alias harga ful, seharusnya dipotong setengah harga ketika kereta bermasalah, tapi itu tidak pernah dilakukan oleh pengelola KRL, para penjual karcis kereta seolah-olah tutup telinga walau mereka tahu ada kereta bermasalah sinyal atau rel patah, atau pantographnya sangkut, atau yang lain-lainnya, ya, saya mengerti, mereka hanyalah pekerja bawahan. Ada pernyataan dari salah seorang direktur PT Kereta Api Indonesia khususnya pengelola KRL, bahwa masalah sinyal KRL yang sering rusak bukan wewenang mereka untuk memperbaikinya, karena menurutnya, masalah sinyal adalah wewenang Departemen Perhubungan, artinya Freddy Numberi sebagai Menteri Perhubungan harus bertanggung jawab. Sinyal kereta seperti emas bagi saya dan para pengguna jasa KRL lainnya saat ini karena begitu mahal harganya dan terus merengsek naik. Secara umum pelayanan dan pengelolaan KRL sangat jauh dari harapan kalau tidak mau dikatakan sangat buruk. Semua stasiun kereta api di Jabodetabek dipenuhi dengan pedangan asongan, mereka sangat tidak tertib, sering menabrak para penumpang yang sedang menunggu kereta, bahkan tempat duduk untuk para penumpangpun tidak ada, karena diambil oleh pedagang tersebut. Juga saat KRL AC ekonomi & Ekspres AC berhenti, semua pedagang menyerbu. Problem lain, ada beberapa gerbong dalam KRL AC Ekonomi & Ekspres sudah dibeli oleh seseorang dan setiap orang yang naik didalamnya tidak harus membayar full, cukup 4.500 rupiah bagi ekspres dan 3.500 untuk ekonomi, dan mereka sudah seperti pemilik bersama gerbong-gerbong tersebut. Saya menunggu respons Dephub dalam hal persinyalan KRL Jabodetabek, jangan hanya menerima uang karcis dari kami para penumpang, tetapi kewajibannya dilupakan.
Konradus Fedhu
Komp. Timah BB 58 Cimanggis
Depok - Jawa Barat
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial