Pola pengoperasian “Single Operation” merupakan satu pijakan awal untuk maju dan beranjaknya sistem pengoperasian KRL Jabodetabek menjadi yang lebih baik. Mengapa demikian ? Karena, dengan dihapusnya KRL Ekspres berarti akan lebih menyamaratakan hak-hak yang diterima oleh setiap pengguna jasa yaitu kecepatan dan ketepatan waktu. Dengan tidak adanya KRL Ekspres berarti sudah tidak ada kegiatan susul menyusul antar KRL.
Dengan demikian headway dan lama waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan akan menjadi lebih singkat. Memang benar sebagian pengguna jasa, khususnya pengguna yang tinggal di stasiun tujuan akhir akan lebih memilih KRL Ekspres untuk menikmati perjalanan yang lebih nyaman dan cepat akan tetapi perlu diperhatikan pula nasib dan hak-hak ratusan ribu pengguna jasa KRL Ekonomi AC dan KRL Ekonomi.
Hak mereka juga harus diperhatikan yang meliputi hak ketepatan waktu dan hak lainnya meskipun jumlah rupiah yang dibayarkan berbeda. Sudah barang tentu jika “Single Operation” diberlakukan akan terjadi perubahan pelayanan dan pemanfaatan waktu bagi setiap pengguna jasa KRL berdasarkan jasa pelayaan apa yang sudah dipilih selama ini, bagi pengguna jasa KRL yang sudah memilih menggunakan KRL Ekonomi AC dan KRL Ekonomi selama ini pasti akan merasakan waktu tempuh perjalanan akan semakin lebih singkat karena tidak lagi disusul KRL Ekspres. Sedangkan bagi pengguna jasa KRL yang sudah memilih menggunakan KRL Ekspres selama ini pasti akan merasakan juga perubahan waktu tempuh perjalanan yang relatif lebih lama dari perjalanan biasanya karena mereka harus beralih ke jenis pelayanan KRL Ekonomi AC (Commuter Line) atau KRL Ekonomi.
Selama ini yang terjadi minimal satu kali dan yang parahnya lagi apabila pada peak hour bisa mencapai lima kali KRL Ekonomi AC atau KRL Ekonomi disusul oleh KRL Ekspres di stasiun tertentu dalam satu kali trip perjalanan. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab adanya keterlambatan perjalanan KRL selama ini disamping faktor-faktor lainnya. Belum lagi jika kita telaah dari sisi jumlah penduduk yang semakin padat sepanjang lintasan KRL.
Contoh kongkret adalah dengan hampir selesainya pembangunan belasan tower rusun di Kalibata. Ribuan orang akan menempati bangunan tersebut dan saat ini Stasiun Kalibata bukan stasiun pemberhentian KRL Ekspres. Beban jalan raya sudah terlalu berat untuk menampung jumlah kendaraan yang melintas setiap harinya.
Dengan berhentinya KRL disetiap stasiun maka KRL akan menjadi garda terdepan untuk membantu mengurai kemacetan jalan raya. Semua butuh proses adaptasi, memang sulit rasanya kita harus bisa menerima apapun itu jika kita belum terbiasa, namun percayalah jika kita teramat butuh dengan jasa transportasi KRL maka kita bisa menerimanya dengan hati yang riang serta lapang.
Mencaci dan memaki adalah sikap kita menunda berbakti dan mengabdi pada negeri. Perkeretaapian kita tidak akan berubah lebih baik hanya dengan memakinya. Yakinlah, PT Kereta Api Indonesia selaku operator dan Ditjen Perkeretaapian Kemenhub selaku regulator akan terus melakukan evaluasi dan memperbaikinya.
ARIF FEBRIYANTO
Jl Kalibata Rt 008 Rw 001 Rawajati, Pancoran
Jakarta Selatan
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial