Indikasi Monopoli Taksi di Juanda

Jakarta - Pada tanggal 30 Juni 2007, Ibu mertua saya, bersama dengan satu saudara dan salah satu cucunya, berangkat dari Bandara Cengkareng menuju Bandara Juanda. Berdasarkan pengalaman istri saya, sewaktu Bandara Juanda masih menempati bangunan lama Taksi Orange (menggunakan argometer) dapat dipesan. Sopir taksi Orange akan datang di depan pintu keluar terminal kedatangan dengan membawa nama penumpang. Jika tanpa membawa nama pemesan selain Taksi Prima tidak akan diizinkan masuk mengambil penumpang. Untuk itu, Ibu mertua saya segera menelepon operator Taksi Orange dan dijawab bahwa taksi tersedia. Namun, calon penumpang diharapkan bersedia berjalan ke pangkalan Taksi Orange yang letaknya amat jauh dari pintu keluar terminal kedatangan. Selain Taksi Prima, taksi lain dilarang mengambil penumpang. Bahkan sopirnya pun dilarang menjemput walaupun penumpang telah memesan. Ibu saya sedang dalam kondisi kurang sehat dan harus menggunakan kursi roda. Namun, beliau tidak mau menggunakan Taksi Prima yang tarifnya berdasarkan wilayah sehingga dapat berlipat-lipat kali dibanding tarif argometer biasa. Untungnya petugas dari Adam Air bersedia mengantarkan Ibu mertua saya hingga ke pangkalan Taksi Orange. Saya menyesalkan ada indikasi monopoli Taksi Prima Juanda (milik Koperasi Angkatan Laut) yang tetap saja berlanjut. Walaupun Bandara Juanda telah menempati bangunan baru. Memang ada Bis Damri, namun hanya beroperasi sampai pukul 17.00. Itu pun armadanya sedikit. Mengapa pihak pengelola Bandara Juanda tidak menerapkan aturan angkutan taksi seperti di Bandara Soekarno-Hatta. Saya harapkan indikasi adanya monopoli Taksi Prima Juanda ini segera berakhir dan memberikan kenyamanan pada penumpang. Bachtiar Dinarto Komp. Tirta Kencana B-5 Abadi Jaya Sukmajaya Depok *****@****.*** 08121048070 (msh/nrl)