KRL membutuhkan re-branding. Dalam 3 bulan terakhir pihak pengelola KRL berupaya melakukan perbaikan sistem, revitalisasi sumberdaya, penataan ulang jadwal, peremajaan kereta, hingga pelatihan SDM. Semua ini dimaksudkan untuk memberikan servis yang lebih baik kepada konsumennya, yang diperkirakan sebanyak 500ribu kepala yang menggunakan jasa KRL setiap hari.
Dan juga menyasar target 2016 untuk melayani 1.2jt penumpang setiap hari. Tetapi ada hal yang dilupakan, yaitu mengubah persepsi yang ada dikepala orang-orang mengenai pelayanan kereta (kereta api, listrik, disel). Persepsi yang sudah melekat bertahun-tahun adalah: jadwal kereta tidak dapat dipercaya. Aparat kereta tidak mampu. Kondisi gerbong tidak memadai. Tetapi yang paling kuat tertanam adalah jadwal kereta tidak dapat dipercaya.
Persepsi ini melekat di dalam kepala orang-orang yang sering menggunakan jasa kereta, dan telah menjadi penilaian mutlak, tanpa perlu lagi melihatnya secara objektif. Dan parahnya, penilaian ini ditularkan kepada orang-orang yg bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di peron. Dan juga disebarluaskan secara sengaja atau tidak melalui berbagai media, dalam bentuk berita, gosip, ejekan dan bahkan lagu.
Ingat lagu Iwan Fals"...kereta tiba pukul berapa..biasanya kereta terlambat 2 jam sudah biasa...". Para ahli marketing mengatakan perang yang sesungguhnya ada di kepala pelanggan. Bagaimana menempatkan persepsi barang/jasa pada anak tangga nomor satu dari tangga persepsi orang-orang.
Dan persepsi ini akan mengubah perilaku orang-orang dalam membeli dan menikmati jasa. Persepsi ini akan akan sangat efektif digunakan untuk menggiring orang-orang ke perilaku yang hendak dibentuk. Dan ini memerlukan strategi, sumber daya dan waktu.
Secara objektif kita melihat upaya pengelola KRL di negeri ini mencoba melakukan penataan ulang atas jadwal berangkat dan tiba, agar penumpang terdistribusi dengan baik, terlayani dengan lebih sempurna, dan tertagihkan melalui karcis sesuai dengan jasa yang dinikmati.
Tetapi kita melihat berjubelnya penumpang di satu titik keberangkatan. Kereta tidak lagi manusiawi, kenikmatan dan kecepatan tergantikan oleh keringatan dan kecopetan. Dan perilaku ini dibangkitkan oleh persepsi "biasanya kereta terlambat 2 jam sudah biasa".
Para penumpang tidak percaya akan kehadiran kereta berikutnya yang diteriakkan dari pengeras suara di setiap stasiun, dan jadwalnya sudah dibagikan kepada ratusan ribu orang.
Jika tidak ada upaya rebranding, mengubah persepsi mengenai KRL yang dilakukan secara teratur,terencana, berkesinampungan, masif dan berulang-ulang, maka persepsi itu akan tetap mengganggu rencana perbaikan pelayanan. Perbaikan pelayanan dan pengubahan persepsi harus dilakukan secara bersama-sama, dan bukan setengah-setengah.
Binsar Pahala Ompusunggu
Kel. Wadas rt02/14 no 61, Pancoranmas
Depok
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial