Tepat sudah satu bulan, saya, pelanggan commuter line Bekasi-Tanah Abang PP, merasakan penderitaan dengan diimplementasikannya sistem loop line oleh PT.KCJ. Saya menahan diri untuk tidak berkomentar apapun sejak surat saya yang pertama karena saya menunggu satu bulan implementasi. Saya belum mendapatkan jawaban atas segala keluhan saya sebelumnya yang telah saya kirimkan melalui e-mail ke PT. KCJ, website PT. KCJ, dan juga surat pembaca. Hanya dengan berdoa setiap hari saat menggunakan KRL, saya berharap PT. KCJ melakukan evaluasi atas amburadulnya sistem ini. Jadwal yang menjadi tidak pasti, KRL selalu tertahan memasuki Jatinegara dan Manggarai (lebih dari 15 menit), semakin padatnya KRL, adalah sebagian penderitaan yang harus kami pelanggan hadapi setiap hari.
Saat ini, saya kembali ingin melakukan sharing tentang moda transportasi yang terpaksa saya cintai ini. Setiap pagi saat turun di Manggarai, saya selalu menunggu kereta tambahan Manggarai-Tanah Abang selama kurang lebih 30 menit. Kereta yang bisanya selalu standby saat kereta Bekasi tiba di Manggarai, sekarang sangat jarang (dan kami para pelanggan Bekasi tidak ingin berdesakan di kereta Bogor/Depok menuju Tanah Abang yang sudah sangat penuh ketika tiba di Manggarai). Bahkan akhir-akhir ini, kereta tambahan yang sebelumnya menggunakan rangkaian commuter line 8 gerbong, kemudian diganti menjadi rangkaian kereta Ciliwung (Djoko Lelono) yang rangkaiannya lebih pendek. Lagi-lagi kami dipaksa kembali berdesakan, dua rangkaian commuter line bekasi harus menumpuk di satu kereta Ciliwung di Manggarai menuju Tanah Abang, ditambah pelanggan Depok/Bogor yang juga menyambung KRL di Manggarai.
Puncak kekesalan yang saya ingat, suatu hari saat saya pulang kantor, berangkat dari stasiun Sudirman pukul 17.35 WIB dengan menumpang kereta Depok, saya menuju Manggarai. Sampai di Manggarai, tidak ada satupun kereta ke Bekasi, baik kereta tambahan yang bisanya sudah menunggu di jalur 1 atau 2 (yang pada awalnya saat wartawan meliput sistem loop line kereta tersebut selalu stand by dan kemudian belakangan menjadi langka) maupun kereta menuju Bekasi dari stasiun Kota. Kami para pelanggan setia menunggu, sampai adzan Maghrib berkumandang kereta tersebut belum juga datang. Saya mulai beranjak ke mushalla stasiun untuk shalat Maghrib dan, Astaghfirullah, mushallanya pun sangan tidak layak. Mushalla kecil yang bercampur dengan toilet, orang-orang antri belum mendapat tempat shalat dan juga antri wudlu (saya yakin, karyawan PT. KAI tidak ada yg shalat di mushalla ini).
Saya bertanya di manakah mushalla lainya, syukur-syukur bisa menemukan mushalla yg bersih di dalam, tapi ternyata penjual minuman di depan mushalla menyarankan untuk ke mesjid yang keluar dari area stasiun. Akhirnya saya pasrah tidak shalat dulu, sambil terus berdoa kereta segera datang dan saya sempat untuk shalat di rumah. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, semua pelanggan berhamburan mengerubungi kereta, sampai-sampai tidak semua berhasil masuk dan harus berlari ke pintu lainnya. Tiba-tiba, saya melihat ada pegawai PT. KCJ yang masuk ke kabin masinis paling belakang, langsung saya mengikuti beliau naik ke kabin masinis dengan alasan tidak muat lagi di gerbong wanita yang paling belakang, dan tidak mungkin menunggu kereta berikutnya yang entah kapan tiba di Manggarai.
Suasana di kabin masinis cukup nyaman, walaupun berdiri kami tidak berdesakan, dan ada ACnya juga (yang di dalam gerbong biasa pasti tidak terasa lagi ACnya). Di dalam gerbong tersebut ada 6 orang, saya, seorang bapak PT. KCJ, satu petugas pemeriksa karcis, satu OB PT. KCJ, dan dua ibu2 yang juga pegawai PT. KCJ (hanya saya yang merupakan ‘penumpang gelap’, tapi ini juga yang menjadi pertanyaan saya, mengapa pegawai PT. KAI lebih istimewa sehingga bisa ikut di kabin masinis). Saya melakukan perbincangan hangat dengan bapak pegawai PT. KCJ (karena yang dua orang ibu-ibu sudah mulai cuek mendengar keluhan saya). Saya bertanya apakah akan ada perubahan jadwal lagi sehingga ada rute Bekasi-Tanah Abang kembali? Beliau menjawab “Alhamdulillah sudah fixed bu”. Bagaikan tersambar petir saya mendengarnya, hal yang untuk saya menyebalkan, tapi beliau mengatakan Alhamdulillah, suatu ungkapan rasa syukur.
Lalu saya tanyakan lagi, apakah PT. KCJ sama sekali tidak aware lagi, dengan semakin berdesakannya pelanggan sampai sudah sering terjadi ada ibu-ibu yang pingsan, pelanggan Bekasi-Tanah Abang yang harus lompat-lompatan setiap hari di Manggarai karena tidak mendapat peron, kereta tambahan pun tidak selalu standby, baik yang dari Manggarai menuju Tanah Abang, maupun yang dari Manggarai menuju Bekasi. Penumpang dipaksa berdesakan dengan penumpang Depok/Bogor menuju Tanah Abang saat berangkat pagi, atau berdesakan di KRL Kota menuju Bekasi saat pulang.
Saya katakan kepada beliau juga, untuk karyawan PT. KAI mungkin tidak masalah, nyaman karena bisa naik di kabin masinis, tidak perlu berdesakan, dan mereka menjawab hanya dengan diam saja. Saya komplain juga masalah peron yang membuat pelanggan harus melompat turun dan memanjat untuk naik ke kereta sambungan, dan beliau menjawab rencananya peron memang akan ditinggikan. Lalu saya katakan kenapa tidak ditinggikan dulu baru di ubah rute? Saya komplain masalah jadwal dan langkanya kereta, di jawab dengan “kereta banyak tapi masinis belum cukup”.
Kalau begitu, kenapa tidak tunggu masinis cukup baru ganti rute loop line? Akhirnya bapak itu menjawab (sayang saya tidak melihat namanya karena ybs memakai jaket) itu sudah keputusan menteri untuk segera menerapkan sistem loop line. Maka dalam kesempatan ini, saya ingin bertanya, menteri manakah yang memutuskan? Apakah menteri tersebut sudah mecoba semua rute sebelum memaksakan penerapan loop line? Terutama rute Bekasi – Tanah Abang PP yang harus berlarian dan berlompatan di Manggarai untuk pindah kereta, dua kali sehari.
Apakah tidak mempertimbangkan, wanita hamil, orang tua, orang yg mungkin sedang mendapat musibah kakinya sakit dan tidak mungkin naik angkutan lain. Juga resiko saat hujan dan resiko berlarian di sepanjang jalur dari peron satu ke peron lainnya. Belum lagi kerugian material terlambat ke kantor, yang biasanya bisa langsung naik bis sesampainya di Sudirman menuju ke kantor masing-masing, berhubung kereta sambungan menuju sudirman sangat terlambat datang maka demi mengejar waktu harus naik taxi. Dimakanah empati para petinggi negeri ini? Semoga segala keluhan pelanggan yang setiap hari saya dengar di gerbong kereta saat pergi dan pulang kantor dapat segera dipertimbangkan oleh seluruh pejabat terkait. Terima Kasih.
radlia safriani
kav. dki, pondok kelapa
jakarta timur
Baca Juga
SuratPembaca
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Kirimkan Masukan
[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00
Sosial