Ibu Hamil dan Kereta


606 dilihat

Jakarta - Bulan ini adalah bulan ke-lima kehamilan kedua saya. Secara fisik hampir tidak ada yang berbeda dibandingkan dengan kehamilan pertama, hanya saja kehamilan kali ini nyaris membuat saya 'KO' beberapa kali. Entah kenapa, rasanya mual ini nggak ada habisnya dan nggak bisa ditebak kapan datangnya.

Kadang saya bisa muntah-muntah di pagi hari, kadang siang, atau seringkali malam-malam sepulang kerja. Saya pun sempat dirawat di rumah sakit selama 6 hari karena disentri parah plus kondisi kehamilan saya ini.

Bagi mereka yang akrab dengan kereta atau naik bis Trans Jakarta pasti sudah khatam akan penampilan para penumpang kereta ataupun busway yang notabene adalah orang kantoran. Baju rapi, wangi, kemeja, blackberry di tangan dan barang-barang branded. Dan, tentunya kita tau bahwa di kereta ataupun busway pasti disediakan ‘bangku prioritas’ yang diperuntukkan ibu hamil, manula, orang cacat atau ibu yang membawa balita.

Tapi sepengalaman saya, jarang sekali saya dipersilahkan duduk di bangku tersebut. Malah biasanya mereka (para perempuan) yang menempati bangku tersebut pura-pura tidur atau pura-pura tidak melihat ada orang hamil di dekat mereka. Dan, oh, para bapak-bapak kantoran yang menempati 'bangku prioritas' pun lebih memilih tidur ketimbang mengorbankan bangku mereka untuk ditempati orang hamil seperti saya.

Naik kereta juga banyak goncangannya - literally, dan saat pagi itu juga, seorang petugas yang sedang memeriksa karcis sempat jatuh menimpa saya ketika kereta sedang menikung. Gerakan reflek saya adalah langsung melindungi perut dan berbalik membelakangi. Beberapa penumpang juga sempat kaget, tapi apakah kejadian tersebut membuat hati mereka tergerak? Tidak sama sekali! Mereka hanya memandangi sekilas si ibu hamil dan kembali tidur.

Ini memang bukan masa pertama saya mengalami kejadian semacam ini. Sewaktu kehamilan pertama pun seringkali saya mengalami adegan-adegan seperti ini. Hanya saja, sewaktu masih jadi pengguna busway, para petugasnya cukup aktif mencarikan tempat duduk untuk ibu hamil, jadi saya agak tertolong sedikit. Tapi semakin lama kok rasanya makin parah mental orang-orang 'kantoran' semacam ini ya? Sebegitu susahnya kah untuk menemukan orang baik di kota besar? Atau mencari yang bisa ber 'empati', atau 'tau aturan', atau 'tau diri'. Rasanya kok susah sekali...

Hari Senin, 4 April 2011. Kembali suami saya harus 'ribut' untuk meminta kesediaan para bapak-bapak yang menempati priority seat untuk mau mengalah memberikan bangkunya untuk saya. Satu orang bapak-bapak bertopi kupluk pura-pura acuh, bapak-bapak sebelahnya bersikeras tetap duduk dan menyuruh suami saya untuk 'mengusir' yang lain (belakangan diketahui bahwa si lelaki ini cuma nge-tek-in bangku buat gebetannya yang naik di stasiun Bojong Gede).

Anyway, ini cuma masalah 'tempat duduk' – yang seolah-olah penumpangnya bakal meninggal kalau harus berdiri selama perjalanan Bogor – Tanah Abang. Seberat itukah? Lagipun bukankah courtesy seat memang diperuntukkan bagi mereka yang memang membutuhkan? Am I being too much?

Ibu hamil bukan perempuan MANJA, tapi memang keadaan fisik kami yang 'berat'. Saya pun akan tau diri dan tidak akan meminta siapapun untuk memberikan tempat duduknya apabila saya tidak hamil. Dan saya berani meminta hak saya sesuai aturan dan porsinya. Sama sekali tidak berlebihan.

Untuk para petugas KRL, semoga bisa lebih care lagi pada mereka yang memang membutuhkan tempat duduk. Sekali lagi, ini bukan masalah manja, ini adalah soal mentalitas, untuk mematuhi aturan dan 'keihklasan' hati. Dengan hal-hal kecil seperti ini, ternyata bisa terlihat orang macam apa kita ini.


Ria Mantiri
BNR, Harmoni 2 Blok 11/16 Bogor
*****@****.***
081574607050

(wwn/wwn)






Baca Juga





SuratPembaca

Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia

Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.

Kirimkan Masukan

[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00

Sosial