XXI Kurang Berniat Melindungi Hak-hak Dasar Anak-nak

Saya adalah salah seorang pelanggan XXI/21 Cineplex. Dan memang sebagian besar teman-teman saya juga memiliki hobby yang sama untuk menonton film di jaringan bioskop terbesar di Indonesia itu. mungkin kalau rata-rata saya bisa mengunjungi XXI/21 sekitar 2 kali sebulan. Sebenarnya uneg-uneg ini sudah sering kali dibicarakan dalam kalangan teman-teman kami dan beberapa kali secara halus disampaikan kepada karyawan XXI dengan harapan mereka bisa berkasak-kusuk dan uneg-uneg itu bisa sampai kepada managemen XXI/21. Uneg-uneg itu adalah tidak adanya tindakan pencegahan yang tegas yang dilakukan oleh XXI/21 untuk benar-benar memastikan sebuah film di tonton oleh kalangan umur penontonnya. Seringkali film yang sudah diberi keterangan "DEWASA" diputar dan ketika ada anak-anak remaja berusia 12-15 tahun masuk ke gedung pemutaran yang sedang menayangkan film DEWASA tetep diperkenankan masuk.

Jadi untuk apa kalimat "anak-anak, remaja, dewasa, semua umur" di tampilkan jika XXI/21 tidak benar2 berminat untuk memastikan bahwa film yang mereka putar benar-benar ditonton oleh kalangan umur yang ditargetkan?? sekali dua kali tiga kali dan puluhan kali pemandangan tidak mengenakkan ketika melihat ada serombongan anak-anak SMP memasuki gedung yang memutar fil untuk kalangan dewasa dan beberapa orang tua yang mengajak anak-anak balita menonton fil seperti Iron Man dan Robin Hood (mungkin si orang tua berpikir "ahh ini film superhero jadi anak-anak boleh nonton" padahal di film Iron Man dan Robinhood ada bebrapa adegan kekerasan dan adegan yang mungkin tidak layak dikonsumsi anak-anak. kejadian tanggal 4 September 2010 kemaren saat saya di XXI Yogyakarta menonton film "solomon Kane" pukul 19.00 yang membuat saya merasa bahwa kondisi ini sudah cukup untuk terjadi dan jangan sampai terjadi kembali. solomon kane adalah film untuk orang dewasa yng penuh berisi adegan kekerasan dan horor. dalam film itu berisikan adegan penembakan, perkelahian dengan pedang dan adegan pemenggalan kepada dan mayat-mayat yang bergelantungan diperlihatkan dengan jelas... cipratan darah dan suara pedang menggorok leher pun terdengar sangat menyeramkan untuk saya yang berusia 30tahun! - sejak dari awal menonton terdengar sesekali suara anak-anak rewel (dalam hari saya saya berfikir bahwa mungkin anak itu terganggu dengan sound system yang menggelegar dan waktu itu saya sendiri belum tahu film-nya tentang apa dan bagaimana jalan ceritanya). dan ketika berbagai adegan kekerasan di film berlangsung mulailah terdengar anak yang menjerit-jerit hingga film berakhir. setelah film berakhir, saya mencoba berbicara dengan salah seorang karyawan dan saya berniat langsung menemui manajer yang bertugas malam itu namun dijawab bahwa orang yang bertanggung jawab mensupervisi XXI Yogyakarta saat itu sedang sibuk.. jadi saya putuskan untuk melayangkan uneg-uneg saya melalui Kompas karena saya pikir juga tidak mungkin managemen XXI di Jogja akan dapat membuat perubahan perilaku bisnis di perusahaan sebesar itu. anak memiliki hak-hak dasar dimana orang diwasa wajib dan bertangggung jawab untuk memastikan bahwa hak dasar itu didapatkan.. beberapa hak dasar anak-anak adalah hak untuk mendapat perlindungan dan hak untuk tumbuh berkembang (mendapatkan edukasi, bermain dll). memang orang tua anak-anak kadang-kadang alpa bahawa perbuatannya mengajak anak-anak menonton film tertentu akan meengganggu dan membuat anak tidak nyaman tapi alangkah bijak dan bangganya saya sebagai pelanggan XXI jika XXI/21 serius menerapkan kebijakan tegas bahwa sebuah film yang diputar disana dipastikan hanya ditonton oleh target khalayah yang memang disasar. himbauan saya pada orang tua, kalahkan ego pribadi anda untuk menonton film yang anda maui dengan mangajak anak-anak anda yang mungkin tidak cocok untuk menonton film tersebut. Salam,

Fainta Susilo Negoro
Mojo RT 01 RW 01 Balesari, Windusari
Magelang