Tak Ada Lampu Merah

Tak ada lampu merah Saya mahasiswa universitas pendidikan Indonesia kampus daerah Purwakarta. Saya asal Bekasi dan kost disana. Dua tahun sudah berada di Purwakarta, Purwakarta-Bekasi saya tempuh dengan mengendarai motor melalui jalan raya curug, Karawang dan terkadang melewati Cikampek. Di Purwakarta, saya temukan dua perempatan tanpa lampu merah yaitu di Jalan Baru (Kebon kolot) dekat Pos Polisi dan jalan Taman Pahlawan yang tidak jauh dengan taman makam pahlawan Kota Purwakarta. Mungkin tepatnya bukan karena tak ada lampu merah akan tetapi lampu merah yang sudah tak berfungsi lagi alias mati. Mengingat di perempatan Jalan Baru dan perempatan Jalan Taman Pahlawan adalah jalur perlintasan mobil-mobil antar kota yang menuju tol Cipularang. Perempatan seluas itu tanpa lampu merah agaknya sedikit membuat repot pengguna jalan sebab ia harus tengok kanan dan kiri ketika menyebrang, harusnya pengguna jalan bisa nyaman dengan fasilitas “Traffic light” terlebih jika terjadi kecelakaan dan yang saya sayangkan tak ada polantas yang berjaga utama di Jalan Taman Pahlawan, ia hanya sibuk di pagi saja dan setelahnya saya jarang menemukannya. Kecamatan Purwakarta dan sekitarnya adalah jantung kota yang tidak jauh dengan alun-alun kota. Sekiranya Pemerintah kabupaten Purwakarta dan khususnya Pak Bupati Dedi Mulyadi, SH. mempunyai andil besar terhadap masalah ini untuk menata ruang publik. Saya berharap dengan slogannya Pak Bupati “Purwakarta sedang menuju kedigjayaan”. Pak Ogah merajalela, Saya mahasiswa universitas pendidikan Indonesia kampus daerah Purwakarta, asal Bekasi dan kost disana. Beberapa kilometer dari kampus (SAYA) terdapat pasar tepatnya pasar jum’at yang letaknya di Jalan (BUKAN). Waktu itu, saya hendak membeli sesuatu untuk keperluan kampus, awalnya mendatangi satu toko sementara motor terpakir dibahu jalan dan ternyata barang yang saya maksud tidak ada, beberapa menit mampir ditoko tiba-tiba bapak-bapak berbaju kuning-oranye yang dibelakangnya bertuliskan “juru-parkir” mencoba memberi arahan dengan pliutnya, membantu saya memarkir motor kemudian bermaksud meminta uang dan dengan terpakasa saya merogoh kocek seribu rupiah. Sampai toko ke-4, saya masih belum menemukan barang yang saya buru, dan terakhir saya ke Ramayana Sadang, lagi-lagi hasilnya nihil dan harus bertemu dengan pak ogah, kali ini pak ogahnya terlihat seperti preman dengan arahan yang sama seperti pak ogah sebelumnya ia mencoba meminta uang, waktu itu saya menolaknya dengan halus, kalau saya tak ada receh. Saya rasa pak ogah itu gak menjamin kalau motor saya ilang. Tidak hanya meminta seribu rupiah bahkan ada yang meminta sampai dua ribu rupiah. Kini yang ada, barang tak dapat uang berkurang. Saya yang seorang anak kosan dan jauh dari orang tua merasa sayang memberikan uang itu kepada pak ogah walaupun jumlahnya sedikit tapi bagi saya, itu banyak, semaksimal mungkin untuk bisa mengirit. Sekiranya Pemerintah kabupaten Purwakarta dan khusunya Pak Bupati Dedi Mulyadi, SH. harusnya punya andil besar terhadap masalah ini, menangani pak ogah yang merajalela. Gas yang tersendat Purwakarta-Bekasi saya tempuh dengan mengendarai motor melewati Jalur perlintasan Jalan Baru dekat terminal Tanjung Pura, Karawang. Rata-rata baik mobil ataupun motor menggunakan kecepatan tinggi diatas 60 km/jam begitupan saya dengan kecepatan antara 60-80 km/jam. Kebetulan saya pengguna motor yamaha mio sejak tahun 2009. Nah, saat menggunakan kecepatan yang tinggi itu tiba-tiba gas motor saya tersendat-sendat. Yang menjadi pertanyaan ada apa dengan motor saya?

Neng Ratna
Jalan B. Bosih No. 12, Rt 03/02 Kelurahan Wanasari, Kec Cibitung, Kabupaten Bekasi 17520
Bekasi