Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus. Akan diproses 1 s/d 7 hari.
Petugas Imigrasi Bandara Perlu Fungsikan Hati Nurani
1130 dilihat
Jakarta - Saya tinggal dan bekerja di Arab Saudi. Tepatnya di Kota Dammam sebagai tenaga kerja skill. Isteri dan anak saya yang umur 2 tahun 4 bulan ikut tinggal di Saudi bersama saya.
Tanggal 28 Maret sampai dengan 19 April saya bersama isteri dan anak pulang cuti ke Indonesia. Demi menjenguk ayah saya yang sakit cukup berat. Meski saat itu isteri saya tengah hamil 6 bulan jalan (sudah cukup berat melakukan perjalanan jauh) namun kami memaksakan diri untuk tetap berangkat demi menjenguk ayah saya.
Singkat cerita pada tanggal 19 April lalu kami hendak berangkat pulang dari Jakarta ke Dammam, ETD. Pesawat kami adalah pukul 19:25 wib pada hari tersebut. Kami tiba di Bandara Sukarno-Hatta sekitar pukul 16:25 wib. Saya melakukan check in. Sementara isteri dan anak saya menunggu di luar bersama Ibu saya yang turut mengantar kami ke bandara.
Sekitar pukul 17:45 WIB kami mendengar pengumuman bahwa kami sudah harus boarding. Maka saya beserta isteri dan anak jalan. Pertama kami mengantri di loket bebas fiskal. Lalu kami mengantri di pemeriksaan fiskal. Sampai akhirnya kami mengantri di Imigrasi untuk pemeriksaan imigrasi.
Antrian di Imigrasi saat itu cukup panjang. Saya terus menyemangati isteri saya agar tetap tahan dan bersabar dalam antrian meski dia sudah nampak pegal karena sudah lama berdiri dengan menopang kehamilannya.
Akhirnya sampai giliran kami. Saya menyerahkan paspor, visa, dan tiket kami. Sang petugas Imigrasi (yang menurut saya hampir semuanya berwajah dingin) memeriksa dokumen kami. Lalu dia menanyakan form Imigrasi (keberangkatan) yang harus kami isi yang seharusnya (form tersebut) kami dapatkan di saat check in.
Saya jawab bahwa saya tidak tahu tentang form tersebut. Di saat check in pun petugas airlines tidak memberitahu tentang form ini. Saat itu saya berpikir mungkin memang ini terjadi kesalahan. Saya tidak "ngeh" tentang form tersebut dan petugas airlines pun mungkin khilaf sehingga tidak memberi saya form tersebut.
Lalu saya bertanya saya harus bagaimana. Sang petugas Imigrasi bilang saya harus kembali ke counter check in, meminta form tersebut dan mengisinya, lalu kembali ke loket imigrasi ini. Saat itu mengingat jarak antara loket check in dengan loket imigrasi cukup jauh. Dengan mempertimbangkan kondisi isteri saya maka saya meminta kebijakan kepada sang petugas Imigrasi tersebut agar isteri saya bisa masuk dan menunggu di kursi di sekitar loket imigrasi, dan dia mengijinkan. Anak saya pun saya tinggal bersama isteri saya agar saya bisa lebih cepat mengurus form keberangkatan yang diminta.
Kemudian saya berjalan setengah berlari menuju loket check in, meminta form yang dimaksud, mengisinya, kemudian saya bergegas kembali ke loket imigrasi. Antrian di sana semakin panjang. Dalam benak saya, karena saya tadi sudah mengantri dan sudah mendapatkan giliran saya, maka setelah saya mengisi formulir Imigrasi tersebut saya tidak perlu mengantri lagi. Toh para calon penumpang lain di antrian pun sudah melihat saya sebelumnya.
Maka saya maju ke samping antrian terdepan, dan melambaikan tangan saya ke sang petugas imigrasi tadi untuk mendapat giliran saya tanpa mengantri lagi. Di luar dugaan, sang petugas Imigrasi memerintahkan saya untuk masuk ke antrian yang saat itu cukup panjang. Saya kesal. Kenapa saya harus balik mengantri lagi? Toh saya sudah mengantri sebelumnya.
Dengan diliputi rasa kesal saya menurut masuk ke antrian dengan mencari baris yang lebih sedikit antriannya meskipun masih tetap cukup panjang. Kekesalan saya semakin meningkat karena dari kejauhan saya melihat isteri saya yang tengah kepayahan harus mengejar-ngejar anak saya yang berlari-larian ke sana ke mari.
Isteri saya yang hamil besar sudah cukup kepayahan karena sudah melalui antrian demi antrian sebelumnya harus menjaga dan mengejar anak saya yang berlari ke sana ke mari. Dan, petugas Imigrasi itu tahu bahwa isteri saya tengah hamil besar dan harus menjaga seorang anak kecil. Tapi, dia malah memerintahkan saya untuk kembali ke antrian yang panjang yang sebenarnya saya punya hak untuk tidak kembali mengantri karena saya sudah mengantri sebelumnya.
Di mana hati nuranimu wahai petugas imigrasi? Saya jadi teringat kondisi antrian imigrasi di Arab Saudi yang sangat bertolak belakang. Mereka sangat memperhatikan orang yang bersama isteri dan anak. Terlebih isteri yang tengah hamil.
Berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan teman-teman saya di sini, petugas Imigrasi Bandara Arab Saudi selalu memeriksa antrian dan mendahulukan orang yang datang bersama isteri. Terlebih bersama isteri dan anak tentunya. Apalagi kalau mereka tahu bahwa si isteri tengah hamil pasti mereka dahulukan. Artinya tidak perlu mengikuti antrian.
Perlakuan itu yang kami dapat di luar negeri (Arab Saudi). Mengapa di negeri kami sendiri kami malah duiperlakukan sebaliknya? Apa yang baru saya sampaikan itu saya alami di hari yang sama, yakni setelah kejadian yang menjengkelkan di loket imigrasi tersebut akhirnya kami terbang menuju Dammam, Arab Saudi.
Di bandara Dammam kami mendapatkan perlakuan yang sangat berbeda. Seorang petugas Imigrasi Saudi memeriksa antrian dan menemukan kami (saya, anak saya, dan isteri saya yang kelihatan tengah hamil), sang petugas Imigrasi Saudi langsung memerintahkan kami menuju jalur tersendiri yang relatif kosong dan mendahulukan kami daripada orang lain laki-laki atau perempuan yang sendirian.
Tak hanya itu, sang petugas di loket Imigrasinya pun sangat ramah. Dia menyapa. Bertanya kami dari mana. Sedikit mengobrol tentang Jakarta. Sangat hangat. Sekali lagi sangat berbeda dengan perlakuan yang kami dapatkan di Imigrasi Bandara Soekarno Hatta, negeri kami sendiri.
Surat ini sebagai curahan hati saya. Semoga bisa menjadi feedback positif bagi petugas imigrasi di Bandara Soekarno Hatta, agar dalam bertugas mereka juga menggunakan hati nuraninya.
Rangga PO Box 8371 Dammam - KSA *****@****.*** +966558801095
Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.
Hubungi Kami
Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia
Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus. Akan diproses 1 s/d 7 hari.