PLN
Home > Pemerintah > Informasi > Kurangnya Sosialisasi PLN Listrik Prabayar

Kurangnya Sosialisasi PLN Listrik Prabayar


1630 dilihat

Terhitung sejak bulan April 2011, PLN menerapkan program listrik prabayar. Pada sistem listrik prabayar ini, pelanggan mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk membeli listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang di lokasi Pelanggan melalui sistem “token” pulsa. MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih bisa dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan Pelanggan. PLN berharap Pelanggan bisa lebih mudah mengoptimalkan konsumsi listrik dengan mengatur sendiri jadwal dan jumlah pembelian listrik. Sistem listrik prabayar seperti ini sebenarnya bukanlah hal baru karena banyak negara seperti Eropa, Afrika, Amerika, bahkan Singapura sudah menggunakan teknologi ini.

Menurut saya pribadi sistem ini baik karena dengan munculnya isu global warming yang tidak bisa dicegah, maka PLN telah membantu untuk menghambatnya. Jelas hal ini juga akan membuat pelanggan sangat berhati-hati dalam menggunakan listrik karena tidak ingin boros dalam pembelian pulsa listrik, bisa disimpulkan juga cadangan listrik untuk tahun-tahun mendatang tidak perlu dikhawatirkan. Disayangkan karena kurangnya sosialisasi program ini terhadap masyarakat karena saya sendiri mengetahui adanya sistem pembayaran listrik prabayar baru sebulan yang lalu dari teman kos saya yang kosannya menggunakan listrik prabayar. Sebenarnya dari yang diceritakan teman saya, saya pribadi lebih memilih listrik pascabayar. Mengapa? Karena saya merasa listrik prabayar ini lebih mahal daripada menggunakan listrik pascabayar.

Cerita teman saya, kosannya hanya memasang satu MPB untuk 6 orang penghuni kos. Kesepakatan yang dibuat mereka berenam masing-masing mengeluarkan Rp 100.000,00 untuk pembelian pulsa listrik yang dibeli secara bergantian. Hal ini akhirnya memberatkan bagi mereka karena mereka tidak tahu pasti 1 kWh menyedot berapa rupiah dan ini menjadi tidak adil karena barang elektronik bawaan masing-masing anak tidaklah sama sehingga menyebabkan ketidakadilan bagi anak yang barang elektronik bawaannya sedikit.

Pada malam hari penyalaan lampu dari 6 kamar juga menyedot pulsa cukup drastis yang akhirnya membuat mereka ekstra konsen pulsa listrik daripada pulsa HP dan modem. Pemilik kos juga menuturkan bahwa banyak anak kosnya yang memutuskan pindah karena tidak nyaman dengan pembayaran listrik seperti itu. Belum lagi mereka juga kecewa karena gangguan listrik padam tetap melanda mereka dengan intensitas yang cukup sering.

Saya pernah menyarankan kepada pemilik kosnya untuk memasang MPB di setiap kamar saja sehingga listrik benar-benar menjadi tanggungan masing-masing penghuni kamar, tetapi kata pemilik kos pemasangan MPB terhitung mahal. Jadi saran saya terhadap PLN sebaiknya melakukan sosialisasi lebih kepada masyarakat supaya mereka benar-benar siap jika menghendaki listrik pascabayar harus beralih ke listrik prabayar.

Sita Novianti
Komplek Dirgantara II no 9 Babarsari
Yogyakarta




Source : kompas


Baca Juga





SuratPembaca

Cari keluhan surat terbuka resmi dan curhat terbaru sebagai sarana komunikasi dari seluruh konsumen untuk produk terkenal di Indonesia.

Hubungi Kami

Silahkan hubungi kami jika ada pertanyaan dan menjadi partner
Jakarta, Indonesia

Jika ada yang merasa tidak sesuai / sebaiknya dihapus, tolong sertakan link yang anda maksud pada halaman ini dan memastikan sumber dari surat pembaca sudah ditutup / masalah terselesaikan / dihapus.
Akan diproses 1 s/d 7 hari.

Kirimkan Masukan

[email protected]
Senin - Jumat
09:00 - 17:00

Sosial