Hak Angket DPR: Pembelaan Rakyat atau Pahlawan Kesiangan?

Pada hari Selasa, 24 Juni 2008, Anggota Dewan (DPR) yang terhormat menyetujui secara voting untuk melakukan Hak Angket untuk menyelidiki kenaikan harga BBM. 233 anggota DPR menyetujui hak Angket dan 173 lainnya menyatakan monolak (Harian Tempo, 25 Juni 2008 – hal A2). Sebelum mereka, orang-orang yang memikir nasib rakyat dan mewakili rakyat melalui partainya masing masing, sebelum juga sudah melakukan Hak Interpelasi namun gagal.

Saya orang awam, merupakan bagian dari anak bangsa Indonesia, merasa sangat risih dan lucu atas keputusan yang mereka lakukan. Pihak yang menyetujui dengan bangganya menunjukkan kegembiraannya, sambil mengangakat kedua tangannya. Pengungkapan kegembiraan dan keberhasilan yang tidak jelas–menurut saya.

Sebagai anak bangsa, yang tidak tuli dan tidak buta, saya melihat bahwa proses kenaikan BBM sudah sesuai menurut UU dan sebelum diputuskan juga sudah diadakan kosultasi oleh Mentri-mentri yang terkait yang tentunya beberapa anggota Komisi DPR. Hemat saya semakin tidak jelas Job Description dan Job Objective para anggota DPR.

Alangkah baik apabila energi mereka difokuskan kepada pencarian solusi dan melakukan penghematan dan peningkatan produksi dan juga upaya konversi dan diversifikasi energi. Para anggota dewan yang mulia, bangunlah, berhentilah berpolemik, bukankah Bapak atau Ibu Dewan adalah insan yang beragama? Saya tau Anda semua yang menyetui Hak Angket tersebut berasal dari partai yang beragama.

Ya, saya hanya satu dari jutaan rakyat di Indonesia, anda mau dengar silahkan, tidak mau juga tidak apa. Paling tidak saya akan memulai dari diri saya untuk bisa berhemat, walaupun Anda tidak demikian.

Hendrita Harahap
Jl Sumatra A1/2
Tangerang