Sudah "boarding" tapi Ditinggal Pesawat
04 April 2011
Transportasi & Fasilitas Umum
Pada hari Minggu 27 Maret 2011, saya hendak ke Yogyakarta dengan pesawat LionAir JT564 yang dijadwalkan terbang pukul 18:00. Saya telah check-in pada pukul 17 dan telah menunggu di ruang tunggu A7 selama hampir 1 jam, ketika ada pengumuman bahwa pesawat tersebut mengalami keterlambatan. Dan baru akan tiba dari Banjarmasin pukul 19:10. Dan diperkirakan memerlukan waktu 30 menit untuk persiapan sebelum berangkat ke Yogyakarta.Sebagian penumpang termasuk saya, memanfaatkan waktu untuk pergi sholat dan makan. Ketika pukul 19:00 saya kembali ke tempat semula, tiba-tiba terdengar pengumuman panggilan terakhir, penumpang pesawat JT564 tujuan Yogyakarta dipersilakan untuk boarding di A2 (berubah dari semula A7). Saya bergegas ke A2. Di situ tinggal ada 2 turis dari Jerman (Mr. Dirk dan Mr. Phuoc). Boardingpass kami lalu disobek oleh petugas airline, kami disuruh menunggu bus yang ternyata baru datang setelah 15 menit. Kami bertiga lalu dibawa bus, dan sampai ke posisi pesawat, ternyata pesawat JT564 itu telah bergerak!Kami ditinggal di pinggir lapangan! Karena saya satu-satunya yang bisa berbahasa Indonesia, saya lalu protes kepada petugas yang menyingkirkan tangga dari pesawat. Saya lalu diantar ke Duty Manager airline yang bersangkutan. Singkat cerita, airline hanya mau mengganti dengan boardingpass penerbangan pertama di Senin pagi 28 Maret 2011, yaitu JT562 pukul 06.15. Semula airline mau mengusahakan penginapan untuk saya, tetapi tidak untuk 2 turis Eropa yang kebingungan itu.Tetapi karena saya mengatakan, bahwa harusnya ada perlakuan yang sama, kalau satu dapat penginapan, maka semua harus dapat penginapan; maka akhirnya airline menolak memberi penginapan sama sekali. Jadi kami bertiga akhirnya malam itu pontang-panting mencari hotel di dekat bandara, agar dapat boarding tepat waktu dini hari berikutnya. Kami terbebani biaya taxi dan biaya hotel yang tidak kecil, nyaris dua kali lipat harga tiket Jakarta-Yogyakarta.Saya hanya meminta agar pimpinan airline yang bersangkutan empati kepada kami, dan membayangkan andaikata mereka diperlakukan seperti itu di luar negeri. Perlakuan anda akan diingat terus oleh kedua turis Eropa tersebut dan menjadi negatif marketing untuk airline anda, bahkan untuk Indonesia! Selain itu, kejadian ini membuktikan bahwa selain pelayanan, perlakuan security pada pesawat juga sangat buruk, terbukti, bagasi kedua turis tersebut tidak dikeluarkan dari pesawat meski orangnya tidak jadi naik.Saya juga tidak tahu apakah nama kami juga dimasukkan dalam manifes, meski kami tidak jadi naik pesawat JT564. Semoga kejaidan ini menjadi pelajaran dan tidak terulang lagi. Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar Bakosurtanal, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911
887 dilihat