Kecewa dengan Garuda Indonesia
09 April 2011
Transportasi & Fasilitas Umum
Saya merupakan pelanggan rutin Garuda Indonesia kurang lebih 5 tahun belakangan. Dikarenakan tuntutan pendidikan, saya rutin pulang pergi dengan Garuda Indonesia Jogja-Singapura via Jakarta paling tidak dua bulan sekali. Pada tanggal 20 Maret 2011, saya berencana untuk kembali ke Singapura. Saya booked penerbangan Garuda Indonesia GA215 ke Jakarta jam 17.55 sampai di Jakarta jam 19.00. Kemudian lanjut ke Singapura dengan Garuda Indonesia GA834 jam 20.35 sampai di Singapura jam 23.10. Timing ini pun Garuda Indonesia sendiri yang menentukan agar penerbangan saya ini hanya menggunakan satu kode booking. Saya sampai di Bandara Jogja jam 16.30 dan segera bergegas ke check-in counter. Ada pengumuman di desk itu kalau penerbangan saya terlambat sampai pukul 18.35 yang katanya karena alasan operasional. Lalu saya tanya, apakah cukup waktu transitnya? Mereka meyakinkan saya kalau waktunya transit masih cukup. Saya pun meminta bantuan pihak Garuda Indonesia untuk memberikan pengawalan terhadap saya di Jakarta. Saya sudah berkali-kali dikawal oleh petugas Garuda Indonesia di Jakarta apabila waktu transitnya tinggal sedikit karena dari Jogjanya terlambat dan petugas di check-in counter itu pun menyanggupinya. Akhirnya calon penumpang dipanggil sekitar jam 18.45 dan pesawat take-off jam 19.05. Pesawat mendarat jam 20.00 di Jakarta. Pesawat tidak berhenti di terminal melainkan di pinggiran. Sewaktu saya turun, saya bingung, kenapa tidak ada petugas Garuda Indonesia yang mencari saya, karena biasanya Garuda Indonesia mengirimkan bis khusus untuk penumpang lanjutan yang waktu transitnya mepet. Saya tanya ke petugas Garuda Indonesia, saya lanjut ke Singapura, mana bis khusus buat saya? Petugas itu malah kelihatannya kebingungan, dia suruh saya naik bis yang sama dengan penumpang lainnya karena alasan bisnya terbatas. Sampai di terminal sekitar jam 20.15. Sambil menuju ke lantai 2, saya mencoba menghubungi call centre Garuda Indonesia (0804 1 807 807) untuk bantuan pengawalan. Dikondisi yang sudah sekritis itu, karyawan call centre Garuda Indonesia meminta saya untuk membacakan kode booking saya. Saya pun sudah tidak sempat lagi untuk berhenti dan mencari tiket saya. Akhirnya saya putuskan telefon itu. Saya terpaksa lari-lari menuju ke check-in counter. Antrian calon penumpang yang memiliki kartu GFF dan sedang antri untuk check-in sungguh luar biasa panjangnya. Lalu saya keluar dari antrian dan menuju ke closed check-in desk tapi ada petugasnya. Petugas itu membantu saya serta memberikan boarding pass dan menyuruh saya untuk berlari ke bagian Imigrasi. Sampai di Imigrasi, saya masih harus menulis kartu keberangkatan ditambah lagi antrian di Imigrasi yang cukup panjang. Dibelakang counter imigrasi itu, ada petugas Garuda Indonesia yang berteriak-teriak, “Garuda Singapore…. Garuda Singapore….”. Lalu saya angkat tangan saya dan petugas itu menyuruh saya untuk lebih cepat. Sekarang bagaimana bisa cepat kalau banyak penumpang yang mengantri untuk cap passport dan seharusnya petugas itu memprioritaskan saya dengan membukakan satu desk untuk mencap passport saya. Petugas Garuda Indonesia malah hanya diam sambil mencermati saya di belakang desk-desk petugas imigrasi. Waktu itu sudah jam 20.35. Setelah lewat imigrasi, orang itu hanya menyuruh saya berlari ke Gate E4 dan langsung pergi. Bukannya membantu mengawal saya (paling tidak saya bisa potong antrian sewaktu hand luggage saya diperiksa). Lagi lagi, saya harus berlari-lari sampai pakaian saya terurai tidak karuan. Saya terus berlari sampai menginjakkan kaki di kabin. Jam 20.50 saya sampai di kabin. Pada waktu itu, semua penumpang sudah duduk rapi lalu saya tiba-tiba masuk dengan pakaian yang terurai dan basah karena keringat. Jelas semua mata penumpang tertuju kepada saya karena mereka kira sayalah yang membuat penerbangan malam itu terlambat. Saya sangat mengecewakan hal ini sampai terjadi karena sudah beberapa kali kejadian pesawat Garuda Indonesia yang terlambat terbang dari Jogja pada jam yang sama tapi tidak pernah ada masalah di Jakarta. Biasanya saya pun hanya berjalan cepat, tidak sampai berlari-lari. Memang kalau penumpang sudah terlambat harus berlari, tapi di posisi seperti ini bukanlah kesalahan saya dan bagi saya berlari-lari di airport akan menurunkan reputasi saya disamping rasa letih yang harus saya dapatkan. Saya harap Garuda Indonesia harus lebih perhatian lagi di lapangan karena menimbang kompetisi bisnis penerbangan saat ini kian pelik. Terima kasih. Anthony Indramawan Jogjakarta Jogjakarta
1228 dilihat