Surat Pembaca Indonesia

Etihad Pelayanan Terburuk

Profesional & Layanan Bisnis

Ini adalah airline paling buruk yang pernah saya tumpangi seumur hidup saya, sangat tidak sebanding dengan harga yang saya bayarkan. Saya terbang dengan kode booking LEMMKU.Berawal dari penerbangan saya di Kuala Lumpur ke Amsterdam. Kami semua penumpang sudah membuat antrian dari 4 jam sebelum keberangkatan. Bahkan banyak penumpang yang duduk di lantai karena counter check in belum dibuka.Dengan sangat santainya mereka baru membuka counter check in 3 jam sebelum terbang. Bayangkan dengan ratusan penumpang yang meski sebagian penumpang sudah melakukan web check in, namun dengan barang bawaan mereka yang super banyak, pasti akan sangat memakan waktu lama untuk check in.Belum lagi pemeriksaan di KualaLumpur yang sangat panjang dan harus naik kereta menuju gate. Sungguh disayangkan, airline sebesar itu sangat tidak cekatan dalam membuka counter check-in nya. Hanya membuang-buang waktu antri lama hanya untuk check in. Selama di pesawat pramugari sangat tidak ramah, selalu bad mood kalo bila dimintai minum tambahan atau bantuan lain.Jadi seolah-olah, jangan minta macam-macam. Belum lagi dalam perjalanan AUH-AMS ada 2 bayi di depan saya, satu di pojok kiri dan satu di pojok kanan, mereka menangis bergantian, ear plug yang saya pakai pun rasanya tidak mempan. Entah orang tuanya yang tidak mampu membuat anaknya tenang atau memang nanny yang bertugas di pesawat tidak mampu menjalankan fungsinya dengan efektif.Sebagaimana yang ditawarkan di airline ini, menyediakan nanny selama di pesawat, rasanya useless ada program nanny ini! Tidak ada bentuk pelayanan terbaik dan kenyamanan sama sekali untuk penumpang lain. Dan perjalanan saya pun terasa sangat tidak nyaman.Problem terbesar saya adalah penerbangan saya AMS-CGK pada 27 Februari 2016. Saat di Schipol airport, saya diminta membayar $150 USD untuk tambahan 1 item tas saya. Padahal bila ditotal bagasi saya Cuma 20 kg, sementara berat bagasi maksimal yang ditentukan maksimal 23 kg dan saya sudah mengatakan bahwa saya upgrade ke business class.Bahkan manager yang bertugas pun dengan sangat ketus dan sangat tidak ramah mengatakan saya harus tetap membayar, sebuah penanganan complain yang sangat tidak professional untuk sekelas ETIHAD. Akhirnya bagasi saya bawa ke SEAL and GO. Saya mencium ada kerjasama antara pegawai Etihad dengan perusahaan ini, sehingga mengerti bagaimana menghadapi problem bagasi seperti saya.Dengan sangat terpaksa saya harus membayar 45 euro, hanya untuk menyatukan 2 bagasi saya menjadi satu dalam sebuah SEAL kain berwarna hitam seharga 45 euro, yang menurut saya tidak sepantasnya saya mengeluarkan biaya itu hanya untuk aturan yang sangat aneh yang diterapkan Etihad.Dalam perjalanan AMS-AUH, pramugari sangat tidak ramah, jutek, tidak pernah tersenyum, hanya bekerja seperti robot. Servis yang sangat buruk untuk sekelas penerbangan Etihad. Bahkan saya dilewati saat pembagian makanan hanya karena saya menutup mata saya dengan eye blind, tidak berusaha untuk membangunkan untuk menawari makanan, pelayanan yang aneh.Bahkan saat saya minta makanan saya setelah saya memanggil pramugari, tidak ada kata maaf, hanya langsung memberikan makanan saya. Jadi beginilah pelayanan ekonomi, jangan banyak meminta dan jangan banyak komplen. Makanannya pun sangat tidak enak, bahkan bila dibandingkan dengan makanan sekelas EasyJet, RyanAir, Air Asia, Malaysia Airlines, Thai Airways or even Lufthansa. Etihad meal is the worst.Jangan pernah berharap lebih untuk makanan yang lezat untuk penerbangan dengan Etihad. Saat turun dari pesawat dan naik ke bus, saya menyaksikan ada penumpang yang membawa 2 bagasi, 1 backpack yang dipakai di pundak dan 1 koper luggage yang dibawa ke kabin.Loh? Kok bisa, berarti Etihad sangat tidak ketat dalam mengatur barang bawaan ke kabin dan laki-laki asia itu tidak duduk di kelas bisnis, sama seperti saya di ekonomi. Namun saya jujur dengan menitipkan semua barang saya ke bagasi.Puncak kekesalan saya adalah ekspektasi saya yang terlalu tinggi karena membayar mahal untuk upgrade ke business class, saat kondisi premium lounge di Abdu Dhabi sangat penuh sesak, ada ratusan orang di dalam premium lounge itu. Bahkan untuk ke toilet pun kami antri.Apalagi saya yang sudah 24 jam tidak mandi setelah perjalanan saya dari Berlin. Pagi itu, saya hanya mendapatkan antrian untuk mandi di Sense spa. Petugas memberikan saya penyentara, bila penyentara itu berbunyi dan bergetar, itulah giliran saya untuk mandi. Di premium lounge hanya ada 3 kamar mandi, 1 terletak di Sense spa dan 2 lagi menjadi satu dengan toilet.Saya sudah sangat tidak tahan untuk mandi, karena di pesawat saya merasakan suhu yang cukup panas. Selagi saya menunggu antrian, saya minum kopi, dan saya melihat semua kursi penuh, tidak ada satu pun kursi kosong, benar-benar lounge dengan servis terburuk yang pernah saya rasakan. Malah lebih mending lounge di Indonesia seharga Rp100.000, lebih lega dan masih bisa duduk.Kemudian saya berkeliling mencari tempat duduk, lebih dari 1 jam saya baru menemukan tempat duduk, bahkan lebih dari satu jam pun saya masih belum mendapat panggilan untuk mandi. Terpaksa saya menikmati kopi saya sambil berdiri, sungguh ironis dengan penawaran Etihad yang sangat massive di email, bahwa saya bisa free akses dan menikmati lounge.Tapi kenyataannya, saya harus antri untuk duduk dan antri untuk mandi, pilihan makanan pun sangat terbatas, hanya kudapan ringan, minuman, kopi, salad, buah dan beberapa western food. Sangat jauh berbeda dengan Malaysia Airlines yang sangat royal dengan penumpang kelas bisnisnya, lounge yang sangat luas, kamar mandi banyak dan pilihan menu western hingga Asian semuanya tersedia.Di Etihad premium lounge, menu sangat terbatas, bahkan tidak enak. Saya benar-benar kehilangan selera makan selama di lounge yang sempit ini. Banyak penumpang yang juga membatalkan antrian mandinya karena terlalu lama dan sudah waktunya boarding. Waktu transit saya hanya 3,5 jam, bagaiman bisa tenang dan nyaman menikmati lounge, bila waktu saya sudah habis terpotong untuk naik turun pesawat, dipindah ke bus, pemeriksaan x-ray, semuanya memakan waktu.Dditambah antrian untuk duduk dan mandi, premium lounge terburuk yang pernah saya rasakan. Padahal di base airport Etihad di Abu Dhabi. Penerbangan Abu Dhabi sampai Jakarta, saya masih merasakn kejengkelan, meski saya sudah duduk di kelas bisnis. Pelayanan lumayan karena dilayani secara personal untuk makanan.Jangan mengharapkan lebih dari Etihad, karena pasti sangat tidak enak. Menjadi pengalaman yang pertama dan terakhir saya terbang bersama Etihad. Jangan percaya dengan email penawaran Etihad yang masuk ke mailbox anda, karena anda hanya akan membuang sia-sia uang anda untuk pelayanan sekelas Ekonomi.


2269 dilihat