Pengalaman di Hard Rock Hotel Bali
02 March 2009
Perhotelan & Kenyamanan
Pada hari Jumat - Minggu tanggal 27 Februari 2009 – 1 Maret 2009, kami sekeluarga menginap di kamar 5116 Hard Rock Hotel Bali dalam rangka office outing. Namun pengalaman menginap tersebut merupakan pengalaman yang paling tidak mengenakkan dibanding pengalaman menginap di hotel lain di Bali. Tiba kira-kira jam 7 malam, pertama kali turun dari pick up service yang disediakan pihak travel, tidak ada satu pun concierge dari hotel yang membantu kami.Padahal luggage kami termasuk ukuran besar (untuk membawa pakaian 2 dewasa dan 1 bayi serta peralatan makan bayi) dan kereta anak yang masih terlipat. Hebatnya, tak jauh dari kami ada satu concierge yang sedang menunggu tamu hotel berkebangsaan asing lengkap dengan trolley besar untuk membawa luggage mereka. Padahal tamunya sendiri belum turun dari kendaraannya. Tidak ada komentar apapun (jika tidak mau dibilang cuek aja) dari pihak hotel. Akhirnya, dengan bersusah payah kami check in. Kesulitan kami untuk membawa sendiri barang bawaan dan kereta anak sampai kamar hotel.Melihat hal itu, tidak membuat satu staff hotel berinisiatif untuk menawarkan bantuan (yang biasanya sudah menjadi kebijakan hotel untuk melayani tamu, terutama membawakan barang bawaannya). Ya sudah, kami pikir mungkin sudah kebijakan hotel untuk tidak memanjakan tamunya. Keluhan kedua, kran air panas tidak berfungsi. Setelah kami tunggu sampai 15 menit dan air panas tidak juga mengalir, akhirnya kami menghubungi housekeeping untuk diperbaiki. Yang bikin jengkel, mereka tidak datang dulu untuk memeriksa namun mereka datang setelah diperbaiki di luar. Jadi kesannya kami ini yang bodoh, ternyata kran air panasnya berfungsi. Ternyata hal-hal yang kami alami sebelumnya tidak seberapa dibandingkan dengan pengalaman ini. Setelah beres-beres, kami bermaksud untuk keluar hotel mencari sesuatu. Kamar kami tinggal dalam keadaan AC menyala di suhu maksimum (30 derajat), dengan asumsi supaya pada saat kami kembali ruangan sudah sesuai dengan suhu ruangan (mengingat walaupun dengan menggunakan AC, bayi kami terbiasa dengan suhu ruang).Sekitar jam 10 malam, kami kembali ke kamar. Ternyata, lantai kamar kami basah seperti habis disiram air dan bantal beserta bed cover menjadi sangat lembab dan basah (tembus sampai sprei). Kami complain ke resepsionis, namun hanya akan dihubungkan dengan housekeeping untuk dipel dan dibilang bahwa kami harus menjaga suhu kamar selalu dingin atau akan terjadi kondensasi lagi (saya pikir kondensasi hanya mengembun, tapi ini benar-benar becek). Kami sudah utarakan kalau bayi kami tidak bisa tidur dengan suhu dingin, tapi mereka tidak bisa kasih solusi lain.Akhirnya, kami sampaikan bahwa kami sangat tidak nyaman dengan kondisi seperti itu. Akhirnya saya telpon guest relation untuk minta pindah kamar. Dengan alasan tidak ada kamar lagi. Sungguh disayangkan mereka tidak memberi solusi apa-apa, bahkan hanya untuk menawarkan untuk mengganti bantal, bed cover dan sprei tidak. Nol besar. Dengan sangat terpaksa, kami akhirnya tidur di kamar tersebut. Istri saya sampai mengalami maag yang sangat akut atas kejadian yang bikin stress tersebut. Karena tidak dapat menahan rasa sakit, kurang lebih jam 2 pagi, saya mencoba menelpon resepsionis, house keeping, guest relation, room service, tapi tidak ada satupun yang mengangkat. Akhirnya, kami coba menelpon lewat operator dan diangkat. Setelah saya tanya kenapa tidak ada yang mengangkat di 4 nomor di atas, mereka bilang kalo di atas jam 12 housekeeping sudah tutup (sependek ingatan saya, tidak ada satupun hotel yang bagian servicenya tutup di jam tertentu).Saya bermaksud untuk minta (kalau perlu kami akan bayar) diberikan obat maag untuk meredakan sakit istri saya. Namun mereka hanya bilang tidak menyediakan obat. Wow, hotel hebat kelas internasional tidak menyediakan first aid kit. Kemudian saya minta tolong (baca: memohon) kepada pihak hotel untuk membelikan obat maag di toko serba ada yang paling dekat hotel, karena kami tidak dapat meninggalkan istri yang sedang sakit dan anak yang rewel sendiri di hotel. Berbagai alasan diberikan, antara lain tidak ada orang yang tersedia untuk keluar sebentar untuk membeli obat yang kami minta tersebut dan malah menawarkan dokter.Ya sudah, saya tidak mau memperpanjang hal tersebut dan saya minta untuk segera datang ke kamar. Tapi mereka bilang, dokter akan datang 20-30 menit. Apa? Bukankah seharusnya hotel menyediakan dokter jaga? Apa jadinya jika ada pasien gawat yang butuh pertolongan segera. Ternyata yang datang adalah dokter dari klinik di daerah Kuta. Dan yang lebih mencengangkan, jasa dokter beserta obat yang diberikan di-charge sejumlah Rp. 500.000 (jasa dokter Rp. 350.000 dan obat maag Rp 150.000). Kembali, ya sudahlah, yang penting istri saya bisa diredakan sakit maag-nya. Semua kejadian tersebut terjadi di malam pertama kami menginap, hari-hari berikutnya sudah bisa dikira-kira bagaimana service hotel sekelas Hard Rock Hotel Bali. Semoga hal ini hanya menimpa kami sekeluarga dan hanya kesialan semata yang terjadi pada kami. Kami percaya standard pelayanan Hard Rock Hotel sebenarnya jauh di atas apa yang telah kami alami. Terima kasih. Santo M. Arianto Jl. Pakis Gunung III No. 60/62 Taman Yasmin Bogor
1784 dilihat