Surat Pembaca Indonesia

Surat Terbuka untuk Timnas Indonesia u19

Lain-Lain

Selamat pagi kawan-kawan pecinta bola di tanah air! Surat terbuka ini ingin saya tunjukkan khusus kepada para skuad timnas Indonesia u19 beserta para staf pelatih. Saya harap surat terbuka dari seorang penggemar sejati timnas u19 Indonesia ini bisa sedikit menjadi bahan intropeksi bagi Timnas Indonesia u19. Surat terbuka ini lahir dari kecintaan saya sebagai penggemar sejati Timnas Indonesia u19 yang agak kecewa dengan prestasi mereka belakangan ini. Intro Timnas Indonesia u19 merupakan sebuah timnas harapan bagi masyarakat Indonesia. Timnas Indonesia u19 sering disebut sebagai golden age (era keemasan) sepakbola Indonesia berkat prestasi mereka menjadi juara AFF U19, Lolos kualifikasi piala Asia u19 sekaligus mengalahkan tim kuat Korea Selatan. Bahkan mereka mampu mengejutkan tim-tim di Timur Tengah dengan mengalahkan tim kuat UEA 4-1 dan 2-1. Tidak heran Timnas Indonesia u19 diharapkan mampu tampil baik di Piala Asia u20 yang digelar medio Oktober 2014 dengan minimal mampu masuk 4 besar supaya mendapat tiket otomatis ke Piala Dunia u20 tahun depan di Selandia Baru. Sayangnya satu minggu ini terjadi hal yang tidak pernah terlintas dibenak masyarakat sepakbola Indonesia. Secara mengejutkan Timnas Indonesia u19 luluh lantak oleh lawan yang “seharusnya” bukan tandingan mereka. Hasanah Bolkiah Tropy seperti menjadi neraka bagi punggawa Timnas Indonesia u19. Setelah ditahan imbang oleh Malaysia 0-0, mereka tiga kali kalah secara beruntun oleh lawan yang seharusnya bisa mereka atasi, yaitu 3-1 melawan Brunei, 3-1 melawan Vietnam, 2-1 melawan Kambodja. Kekalahan melawan Vietnam mungkin bisa dimengerti, tetapi melawan Brunei dan Kamboja? Seperti ada yang salah dalam Timnas Indonesia u19 Analisis Mental Sisi mental merupakan salah satu penyebab dari kekalahan Timnas Indonesia u19. Dalam dua pertandingan terakhir (setelah kalah 3-1 melawan Brunei) para pemain seperti kebingungan dalam menentukan keputusan untuk mengoper, menendang, atau mendrible bola. Salah satu pemain idola saya Paolo Sitanggang beberapa kali melakukan salah umpan padahal biasanya dia bisa membuka ruang dengan operan satu dua sentuhan. Sang Jendral lapangan Evan Dimas pun juga terlihat kebingungan dengan beberapa kali melakukan tembakan spekulasi jarak jauh. Para pemain tampak ragu untuk melakukan operan satu dua sentuhan yang dahulu mereka sering perlihatkan. Mereka seperti terlihat takut “salah” dalam mengoper dan membuka ruang, alhasil terlihat beberapa kali terjadi operan salah maupun drible yang bisa direbut lawan. Sehingga tidak heran meskipun menguasai pertandingan tetapi Timnas Indonesia u19 jarang membuat peluang emas dan bola banyak beredar di lini tengah. Strategi Sisi strategi juga patut menjadi salah satu perhatian dalam kekalahan yang diderita Timans Indonesia u19. Strategi monoton 4-3-3 yang diterapkan Coach Indra tampaknya sudah mulai terbaca oleh lawan. Strategi Timnas Indonesia u19 dalam menyerang selalu sama yaitu dari belakang langsung ke sayap (Maldini atau Ilham) kemudian ada cover dari Paolo, Evan maupun Hagiyanto/Zulfiyandi. Kemudian Maldini/Ilham akan mencoba mendrible bola dengan melewati lawan untuk membuka ruang. Strategi ini sudah dibaca lawan dengan menempatkan 2 bahkan 3 pemain untuk langsung mempresing setiap kali Maldini maupun Ilham menguasai bola, sehingga Maldini/Ilham akan kesulitan untuk mendrible bola dan membuka ruang. Strategi alternatif dengan kombinasi serangan gelandang tengah Paolo, Evan, Hagiyanto/Zulfiyandi juga sering berakhir dengan tembakan jarak jauh meskipun beberapa kali Paolo maupun Hagiyanto mampu membuka ruang dan mendapat peluang. Terlalu jauhnya jarak antar pemain menjadi salah satu kendala strategi Timnas Indonesia u19. Jarak antara pemain belakang, tengah dan depan cukup jauh sehingga sangat sulit untuk melakukan strategi operan satu dua sentuhan. Posisi Maldini dan Ilham di sayap yang diharapkan menjadi pembuka ruang cukup jauh dengan pemain tengah sehingga sangat sering Maldini dan Ilham mencoba membuka ruang dengan medrible sendiri walapupun kebanyakan bisa direbut lawan. Individual Para pemain Indonesia u19 akhir-akhiri ini entah kenapa terlalu banyak melakukan show time dengan mencoba mendrible bola maupun menahan bola terlalu lama. Sangat jarang saya lihat dalam dua pertandingan terakhir (melawan Vietnam dan Kambodja) operan satu dua sentuhan tempo cepat yang menjadi ciri khas Timnas u19. Para pemain terlalu banyak melakukan percobaan dengan mendrible bola sendiri masuk ke pertahanan lawan yang pada akhirnya sangat sering terebut oleh lawan. Entah karena mereka meremehkan lawan (semoga tidak) atau sebab yang lain. Solusi Mental dan Individual Saya berharap Coach Indra dan para staff pelatih maupun tim HPU dari BTN bisa segera memulihkan kondisi mental para pemain. Mungkin juga karena banyaknya hujatan yang mereka terima belakangan ini membuat mereka serba salah. Mereka belum pernah mengalami kondisi seperti ini karena biasanya mereka selalu mendapat sanjungan maupun pujian, tetapi kondisi ini justru bagus karena ini akan mendewasakan pemain. Pemain harus mengerti hasil bukanlah tujuan utama dalam sepakbola. Tidak selalu tim kuat akan menang contohnya Manchester United yang baru saja kalah oleh Swensa dikandang sendiri. Tak masalah kalah oleh lawan (meskipun lebih baik menang) asalkan ada proges perkembangan permainan dari waktu ke waktu. Secara individual para pemain harus sadar bahwa sepakbola dimainkan oleh 11 orang. Setiap pemain memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pemain tidak boleh bermain secara egois karena ingin menjadi bintang lapangan. Pemain sekaliber CR7 maupun Lionel Messi masih membutuhkan teman untuk bisa mencetak goal. Kepentingan tim harus lebih diutamakan daripada mengejar ambisi menjadi pemain terbaik ataupun top skor. Tidak ada gunanya menjadi Top Skor tetapi Timnya gagal menjadi juara. Strategi Saya harap Coach Indra memberikan strategi alternatif bagi Timnas u19. Strategi 4-3-3 yang diterapkan sudah sangat dimengerti dan dihafal oleh lawan Timnas Indonesia u19. Strategi alternatif yang bisa dicoba misalnya 4-4-2 dengan menempatkan muklis dan dimas drajad sebagai penyerang ditopang oleh Ilham dan Maldini di sisi sayap. Strategi ini bisa dijalankan dengan skema fleksibel dimana saat posisi bertahan Maldini dan Ilham ikut membantu pertahanan, sedangkan saat menyerang Ilham dan Maldini ikut membantu menyerang sehingga saat menyerang strategi berubah menjadi 4-2-4. Strategi ini bisa mereduksi jauhnya jarak posisi antara pemain depan dan tengah sehingga operan satu dua sentuhan lebih mudah dilakukan. Mungkin sekian surat terbuka dari saya, saya sadar posisi saya hanyalah sebagai pendukung Timnas Indonesia u19 tanpa mengerti tentang bidang kepelatihan. Saya pun yakin coach Indra beserta para staff pasti memiliki pemikiran yang jauh lebih briliant daripada saya. Tetapi ini semua hanyalah sedikit pemikiran dari saya sebagai penggemar sejati Timnas Indonesia u19. Mungkin surat terbuka ini tidak akan pernah terbaca oleh Coach dan para staff timnas u19, tetapi minimal saya sudah mencurahkan isi hati saya akibat menurunnya performa Timnas Indonesia u19 belakangan ini. Bravo Timnas Indonesia u19, aku akan selalu mendukungmu SALAM Penggemar sepakbola Indonesia u19


966 dilihat