Surat Pembaca Indonesia

Poll: Bom Waktu di Indonesia

Informasi

Gan pada tau gak sih kalau di Indonesia hal yang paling mudah menjadi atensi setiap individu itu semua tentang suku, agama ras dan antar kelompok. Peristiwa kerusuhan yang terjadi biasanya berawal dari kesalahpahaman antara kelompok dengan kelompok, kelompok dengan individu atau individu dengan individu. Konflik SARA yang timbul di suatu daerah ibarat bom waktu di daerah lain. Masyarakat yang heterogen menjadi mudah terprovokasi oleh kelompok tidak bertanggungjawab sehingga dapat menimbulkan kekacauan dibeberapa titik lainnya. Tak ayal SARA bak hotspot yang dapat memicu hotspot lainnya menjadi aktif, menimbulkan asap bahkan api, dan menyebarkan kekhawatiran di lingkungan sekitarnya. Perusakan Rumah Ibadah di Tanjung Balai Kerusuhan di Indonesia Karena Minim Toleransi Gue tau klo agan-agan disini sebagai umat beragama selalu mengagungkan Tuhannya, dan layak buat agan-agan marah kalau ada yang menghina apa yang lo semua agungkan. tapi bener ga sih klo kemarahan itu diberikan kepada semua orang di golongan tersebut? Layak gak mereka menerima amarah atas kesalahan yang dilakukan salah satu umatnya? Karena setiap agama sesungguhnya menjungung kemanusian, keadilan, dan saling memaafkan. Namun, keadilan macam apa yang ada di negeri ini bila setiap golongan menghancurkan satu sama lain karena hanya kesalahan salah satu golongannya? Tentu hal itu bukan merupakan faktor utama kerusuhan terjadi, melainkan adanya perasaan terpendam yang sudah lama menumpuk sehingga memicu ledakan dan dilampiaskan dalam bentuk perusakan, seperti halnya yang terjadi di Tanjung Balai. Biar kita semua lebih pinter dikit nih, kita tengok Undang-undang kita, dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya" Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.Indonesia merupakan negara dengan pluralitas yang luar biasa. Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada Tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak. Karena semua agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling menghargai. Sehingga terbina kerukunan hidup antar umat beragama. Kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai seharusnya menyadarkan masyarakat bahwa toleransi yang ada selama ini hanya ada di permukaan saja. Toleransi yang ada hanya bersifat semu dan perlu dievaluasi kembali. Keberhasilan suatu wilayah dalam menghadapi pluralitas agama dapat dicapai seandainya masing-masing kelompok bersikap lapang dada satu sama lain. Karena setiap agama memiliki cara masing-masing dalam menunjukan keindahan agamanya maka sikap lapang dada dan menikmati segala keindahan atas keberagaman satu sama lain akan menumbuhkan kedamaian dalam hati dan bermakna bagi kemajuan kehidupan masyarakat yangt plural ini. Dalam setiap golongan harus meyakini atas itikad baik golongan agama lain, menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya, serta sikap saling menahan diri. Mengapa agan harus menahan diri? Karena plural maka terdapat perbedaan terhadap ajaran, keyakinan, dan kebiasaan kelompok agama lain, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri. Sehingga setiap golongan harus menahan diri menyikapi keberagaman yang ada. Peristiwa yang terjadi akan menjadi sejarah bagi generasi penerus bangsa dan dapat menumbuhkan stereotype negatif antar golongan. Bukan itu saja, dampak yang ditimbulkan dari suatu kesalahpahaman yang berujung kerusuhan juga merugikan golongan itu sendiri dan akan berdampak buruk bagi pembangunan sikap mental spiritual yang dialami oleh anak. Rasa trauma yang sulit dilupakan juga akan mengakibatkan relasi sosial menjadi tidak baik sehingga memunculkan gap-gap sosial di wilayah tersebut dan konflik lanjutan rawan terulang kembali. Mengingat hal tersebut, dengan dalih apapun perusakan rumah ibadah tidak dibenarkan, karena penyebab utama dari perselisihan yang ada bukan karena keberadaan rumah ibadah tersebut melainkan adanya bibit kebencian. Bibit kebencian yang dapat menimbulkan konflik SARA harus ditumpas, oleh karena itu diperlukan sikap bijaksana dari setiap individu atau kelompok. Kesenjangan sosial yang tampak pada suatu wilayah juga dapat memicu terjadinya konflik SARA, untuk itu hal ini perlu dikikis dengan menumbuhkan komunikasi yang baik antar golongan sebab bila keadaan yang tidak kondusif dibiarkan berlarut-larut hanya akan merugikan semua lapisan masyarakat. Pembauran antar golongan hanya dilakukan dikalangan para elit, sedangkan golongan dibawahnya tidak. Inilah mengapa toleransi bisa dikatakan sebagai sesuatu yang semu belaka. Sikap memaki dan merusak mencerminkan ketidakbijaksanaan suatu individu/golongan. Manusia dengan segala kecerdasannya seharusnya mampu mengolah apa yang dipikirkan sebelum disampaikan sehingga dapat didiskusikan untuk menghindari kerusuhan dan tercipta kerukunan. Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita praktekkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan serta tidak menyinggung keyakinan pemeluk agama lain. Melalui toleransi diharapkan terwujud kedamaian dalam hati sehingga ketertiban, ketenangan dan keaktifan dalam menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing akan berjalan beriringan dengan baik. Kalau hati damai, kan gak akan ramai tuh wilayah agan-agan bakal ada kerusuhan INDONESIA DAMAI, INDONESIA SEJAHTERA


852 dilihat