Surat Pembaca Indonesia

ANZ Kurang Memanusiakan Nasabah

Finansial

Saya pemegang kartu kredit ANZ Femme Platinum, kartu tersebut disetujui ketika saya masih bekerja sebagai PM di sebuah perusahaan retail di Indonesia. Sebulan setelah disetujui, ayah saya jatuh sakit, saya membantu membiayai beliau sembari membiayai hidup saya juga karena harus resign utk merawat ayah saya yang terkena stroke. Bukan berdiam diri, saya pun tetap berusaha mencari nafkah untuk saya, keluarga dan anak saya, dengan cara menjual baju jahitan sendiri. Namun karena keterbatasan tenaga dan modal,juga ditipu oleh rekan dan investor, usaha tersebut mandeg dan belum menghasilkan hingga saat ini. Saya pun melanjutkan hidup dengan menjual barang berharga milik saya dan keluarga. Salah satunya untuk membayar cicilan kartu kredit ANZ saya, juga di bank BNI dan HSBC. BNI masih mau memahami keadaan ini dengan memberikan program cicilan Rp 1 juta per bulan. Sementara ANZ sangat radikal dalam hal menagih dan juga tidak menawarkan solusi, kata yang saya dengar dari sang penagih (hari ini bernama Manda) hanya: kami tidak mau tau pokoknya harus dibayar. Saya sadar sepenuhnya akan tanggung jawab saya melunasi hutang, toh saya pernah membayar penuh, juga membayar Rp 6 juta, Rp 2 juta, sebesar apa yang bisa saya upayakan. Saya pun tak pernah meminta untuk ada kejadian ayah sakit dan kehilangan pendapatan saat mengajukan kartu tersebut. Namun hidup harus berjalan sesuai garisnya, tapi nampaknya ANZ tidak menganggap nasabah yang sedang terbelit kesulitan seperti saya harus dibantu. Dengan surat ini, saya berharap ANZ bisa memberikan kebijakan terhadap nasabah semacam saya, juga mungkin yang mengalami hal serupa, bahkan kepada petugas ANZ sendiri supaya etika bicaranya lebih baik di kemudian hari.


1137 dilihat