Personil Kartu Kredit Bank Permata Tidak Profesional
14 December 2014
Finansial
Saya sebagai pemegang kartu kredit Bank Permata merasa kecewa atas performance para personil Bank tsb. Bulan lalu saya menukarkan Bonus Point senilai 30.000 point yang akan dikonversi menjadi potongan pembayaran senilai Rp. 150.000,-. Namun ternyata pada tagihan November 2014 potongan pembayaran hanya Rp 100.000,- padahal ditagihan tsb jelas tertulis Bonus Point saya terpotong utuh senilai 30.000 point. Karena dianggap kurang bayar maka saya dikenai sanksi bunga senilai Rp. 54.213,- Saya rugi double, pertama rugi karena seharusnya peroleh Rp. 150.000,- ternyata susut jadi cuma Rp.100.000. Rugi kedua karena dikenai sanksi bunga Rp 54.000,- Saya protes ke Call Center Bank Permata, saya tegaskan bahwa percakapan dengan petugas Bank Permata terekam secara resmi di Arsip Bank tsb. Petugas tsb mengatakan bahwa untuk tagihan November saya tidak perlu bayar penuh sesuai tagihan namun cukup bayar tagihan setelah dipotong Rp 150.000,- karena adanya penukaran Bonus Point tsb. Lantas kenapa saya masih juga dikenai Sanksi Bunga. Yang lebih aneh adalah, bila petugas tsb salah dengar, disangkanya saya cuma mau menukarkan 20.000 Bonus point yg berarti setara dengan potongan senilai Rp 100.000 sebagaimana tertera ditagihan tsb, lantas kenapa ditagihan yg sama Bonus point saya dipotong 30.000. point. Mendengar complain saya tsb mereka minta waktu untuk mempelajari hal tsb, beberapa hari kemudian mereka berbondong-bondong menelpon saya. Mereka meminta maaf dan akan menghapus sanksi bunga tsb pada tagihan berikutnya, yakni Desember 2014. Yang menelpon saya bukan cuma 1 personil Bank tsb namun ada beberapa, bahkan ada personil lain yang menelpon persis saat saya selesai berbicara pada petugas Bank yg sama. Mirip lari estafet, cuma yang ini entah apa namanya. Nampaknya mereka takut hal ini saya bawa ke surat pembaca, sebagaimana ultimatum saya ke mereka. Di tagihan bulan Desember, saya lihat sekilas uang sanksi bunga telah dikembalikan, bahkan kekurangan potongan Bonus point senilai Rp 50.000 pun telah tertera di tagihan tsb. Eeeit ternyata saya salah baca, Rp 50.000,- yang tertera di tagihan tsb bukan berupa pengembalian kekurangan sebelumnya tetapi merupakan penukaran Bonus point baru. Ini terbukti jelas di kolom Bonus point yg tertulis adanya penukaran Bonus point baru dan berkurangnya Total Bonus point milik saya. Astaga! Setelah minta waktu beberapa hari untuk mempelajari kasus saya tsb ternyata cuma begini hasilnya. Nampaknya rasa takut mereka akan munculnya kasus ini di surat pembaca tidak cukup kuat untuk mendorong mereka bekerja secara serius. Mereka melakukan beragam kekonyolan namun sesungguhnya intinya cuma satu yakni merugikan nasabah. Mungkin di Indonesia ini nasabah yg dirugikan bukan cuma saya, bagi nasabah sibuk kerugian kecil rutin seperti ini mungkin lepas dari pengamatan mereka. Saya terpaksa ungkapkan ini di surat pembaca karena ini bukan kasus pertama saya di Bank ini. Di kasus sebelumnya, surat pembaca telah saya bikin, namun sebelum saya kirimkan ke media, saya kirimkan ke cabang Bank tsb di dekat rumah saya. Mereka panik, langsung meminta maaf dan berjanji akan mengkoreksinya. Saya ini orang pemaaf dan terpaksa menulis kali ini karena merasa ini sudah sungguh terlalu, masak salah sampai beruntun, itupun di kasus yg persis sama. Motivasi saya adalah, Bank ini harus meningkatkan diri. Mungkin para karyawan Bank ini (maksud saya bukan pucuk pimpinan maupun share holder Bank ini) inginnya agar nasabah kritis macam saya ini cepat berhenti, agar mereka bisa santai, kerja amburadul terus macam bagini, tanpa ada yg mengkritisi. Mungkin inilah yang menyebabkan permohonan kenaikan kredit limit saya selalu ditolak. Kartu kredit saya di Bank ini tipe Gold warna kuning keemasan namun kredit limitnya cuma Rp 5,8 juta padahal kartu kredit saya di Bank lainnya yg warnanya Hitam, kredit limitnya di atas Rp 40 juta. Meski mungkin ada Bagian tertentu di Bank ini yang tidak suka dengan nasabah kritis macam saya namun nampaknya bagian marketing cukup percaya. Ini terbukti dari rajinnya mereka menawarkan KTA (Kredit Tanpa Anggunan) dan kartu kredit jenis baru. Saya telah mengambil beberapa KTA bank ini dan seluruhnya telah lunas, ini produk bagus karena bunganya kompetitip. Namun saya tidak akan pernah lagi mengambil KTA apalagi kartu kredit jenis baru Bank ini karena saya merasa kredit limit saya memang sengaja digencet agar nasabah kritis macam saya ini tidak betah di Bank ini. Semoga Bank ini kedepannya akan lebih baik, karena ciri Bank yang sehat adalah Bank yang berani punya nasabah kritis karena sikap kritis dapat memacu perbaikan performa.
1302 dilihat